LOMBOK TIMUR, KOMPAS.com - Perwakilan Ombudsman RI wilayah NTB, mendatangi Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur (Dikbud), Rabu (23/12/2020) untuk memastikan bahwa 5 siswi SMPN 1 Suela, Lombok Timur tetap bisa bersekolah seperti biasa setelah liburan semester berakhir.
Sahabuddin, Asisten Ombudsman Perwakilan NTB Bidang Penyelesaian Laporan, menggelar pertemuan tertutup dengan Kepala Sekolah SMPN 1 Suela, Kasri dan Sekretaris Dikbud Lombok Timur, As’ad di Kantor Diknas Lombok Timur.
"Kami datang kemari bicara dan duduk bersama dengan pihak Dinas Pendidikan Lombok Timur, Kepala Sekolah SMPN 1 Suela, memastikan nasib 5 anak anak kita yang sempat bermasalah karena TikTok yang mereka buat menyingung pihak sekolah, kita pastikan mereka tetap menjadi siswa di SMPN 1 Suela," kata Sahabuddin, usai pertemuan tertutup, Rabu.
Baca juga: 5 Siswa yang Buat Video Injak Rapor Batal Dikeluarkan, Kepsek: Kami Terima Kembali, Kami Bina
Sahabuddin mengatakan bahwa kelima siswi tersebut, Bb, Sl, Fn, Mr dan Rn adalah korban media sosial, karena itu dibutuhkan peran orangtua dan guru dan semua pihak untuk selalu mengawasi mereka saat mengunakan handphone, apalagi dalam sistem belajar daring di masa pandemi ini.
Ombudsman juga berharap penyelenggara pendidikan untuk merujuk kembali peraturan pemerintah nomor 17 tahin 2010, bahwa ada fungsi dan tujuan pendidikan dasar membina karakter anak.
Baca juga: Ini Penyebab Sekolah Batal Keluarkan 5 Siswa yang Bikin Video TikTok Injak Rapor
Terlebih lagi kelima siswi masih kelas 7, masih berproses dan saat masa pandemi ini, anak tidak pernah bertatap muka dengan guru-guru, karena itu semua pihak harus bijaksana menyikapi situasi ini.
"Dan kami melihat kepala sekolah berkomitmen tadi dalam pertemuan dengan kami dan Diknas untuk menerima kembali para siswa yang semula diberikan sanksi cukup berat," kata Sahabuddin.
Baca juga: Fakta 5 Siswa SMP Dikeluarkan dari Sekolah, Berawal dari Video Tiktok
Dalam pertemuan itu kata Sahabuddin, dibuat perjanjian bersama antara pihak sekolah dan orangtua siswa untuk bersama sama mengawal dan mengawasi anak-anak baik di sekolah maupun di rumah, agar suasana akademis bisa terbangun bagi para siswa bukan hanya mereka yang sempat bermasalah.
Sahabuddin juga meminta agar tetap ada pengawasan untuk kelima siswi tersebut, jangan sampai nanti ketika masuk sekolah kembali, kelima siswi tersebut ditekan atau diintimidasi oleh pihak sekolah.
"Sekali lagi kita memang kecewa sebagai penyelenggara pendidikan, kita juga memaklumi ketika sekolah sempat bertindak tegas pada mereka, tetapi alhamdullilah pihak sekolah sudah bisa menyesuaikan diri, dan bersepakat membina kelima siswi," katanya.
Dia juga mengatakan bahwa kasus ini mendapat perhatian dari Bupati Lombok Timur HM. Sukiman Azmy.
Baca juga: Kisah 5 Siswi SMP Injak Rapor di TikTok, Tak Hargai Guru, Dikeluarkan dan Berujung Penyesalan
Bupati sendiri mengimbau pada pihak sekolah termasuk juga Dikbud untuk lebih mengutamakan pembinaan pada para siswa bukan mengeluarkan mereka dari sekolah.
Di sisi lain As'ad juga mengakui bahwa proses pembelajaran siswa di masa pandemi sangat sulit, khususnya bagi siswa yang baru masuk di tahun ajaran baru tahun 2020.
Jadi setelah lulus pendaftaran sekolah, selama 2 pekan mereka masuk langsung belajar daring tidak pernah ada kegiatan tatap muka.
Baca juga: Fakta Baru 5 Siswi SMP Injak Rapor di TikTok, Mengaku Menyesal, Batal Dikeluarkan dari Sekolah
Ketika proses tatap muka dilakukan tanggal 18 November 2020 lalu, langsung bagi rapor dan libur semester.
As'ad menilai munculnya video itu dikarenakan euforia anak anak yang berlebihan karena sempat masuk sekolah, bertemu kawan-kawannya dan langsung libur panjang atau libur semester.
As'ad menilai euforia anak anak saat tatap muka di sekolah berlebih, kemudian membuat konten di media sosial tanpa menyadari dampaknya, padahal media sosial mereka bisa mamfaatkan untuk belajar daring.
Baca juga: Batal Keluarkan 5 Siswi yang Buat Video Injak Rapor, Kepsek: Bupati Minta Kami Terima Kembali
"Jadi telah disepakati bersama, bahwa tidak ada pemecatan, anak-anak ini tidak dikeluarkan dari sekolah, namun lebih ditekankan pada pembinaan yang kebih intens pada anak-anak, " kata As'ad.
As'ad mengatakan bahwa apa yang telah dilakukan kelimanya telah membuat kecewa. Mereka tidak memikirkan dampaknya jika membuat konten yang negatif.
Padahal dampak positif media sosial sangat banyak jika dimanfaatkan untuk belajar hal-hal positif di masa pandemi.
"Harapan kami ini menjadi pembelajaran bagi siswa lainnya, mudah mudahan tidak terjadi lagi di semua sekolah," kata As'ad.
Atas kejadian ini, Diknas akan melakukan sosialisasi ke seluruh sekolah di Lombok Timur bagi siswa dan guru untuk bijak mengunakan media sosial.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.