Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Karier Risma, dari PNS Idola Masyarakat Surabaya, Wali Kota, Kini Menteri Sosial

Kompas.com - 23/12/2020, 06:45 WIB
Ghinan Salman,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Wali Kota Surabaya dua periode Tri Rismaharini ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi menteri sosial menggantikan Juliari P Batubara pada Selasa (22/12/2020).

Sebelum menjadi tokoh politik nasional, Tri Rismaharini awalnya seorang pegawai negeri sipil (PNS) biasa di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya di tahun 1990-an.

Perempuan kelahiran Kediri ini pertama kali tercatat menduduki jabatan struktural sebagai PNS di Pemkot Surabaya pada 1997.

Di tahun itu, Risma menduduki jabatan Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya.

Pada 2001, Risma ditunjuk menjadi Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Dinas Bangunan Kota Surabaya.

Risma juga dipercaya menjabat Kepala Cabang Dinas Pertamanan Kota Surabaya pada 2001, Kepala Bagian Bina Pembangunan pada 2002, dan Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan pada 2005.


Idola masyarakat Surabaya

Sejak tahun 2005, karier Risma sebagai PNS di Pemkot Surabaya terus menanjak.

Nama Risma mulai mencuat dan menjadi idola masyarakat Surabaya ketika menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya pada 2005-2008.

Baca juga: Jadi Menteri Jokowi, Risma: Tugas sebagai Mensos Tanggung Jawabnya Berat

Saat itu, Risma memulai gerakan pembersihan sekaligus mempercantik Kota Surabaya.

Hasil kerja keras Risma bersama jajaran Dinas Kebersihan dan Pertamanan membuahkan penurunan volume sampah di Surabaya.

Pada 2004, volume sampah mencapai 264.000 meter kubik per bulan, jumlah itu menyusut menjadi 261.000 meter kubik pada 2005.

Sementara pada 2006, volume sampah tinggal 161.000 meter kubk per bulan dan sekitar 160.000 meter kubik langsung terangkut ke tempat penampungan akhir (TPA).

Sisanya, diolah warga serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan menjadi pupuk kompos.

Selama tiga tahun, Risma menunjukkan kinerja yang patut dipuji.

Wajah Kota Surabaya yang sebelumnya dianggap kumuh mulai berseri, lebih hijau, dan bersih.

 

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menendang bola saat meresmikan lapangan olahraga Tambak Asri, Surabaya, Minggu (16/8/2020).Dok. Pemkot Surabaya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menendang bola saat meresmikan lapangan olahraga Tambak Asri, Surabaya, Minggu (16/8/2020).
Tiap hari, Risma terjun ke lapangan, bertemu warga, memimpin pembersihan selokan, menanam dan merawat tanaman di taman kota, sekaligus mengajak warga peduli kebersihan dan keindahan lingkungan.

Tak hanya itu, saluran air yang semula penuh dengan gunungan sampah, dibersihkan, dilebarkan, diperbaiki, dan dikawal oleh "Jogo Kali" agar warga tidak membuang sampah ke sungai atau saluran air.

Dengan upaya tersebut, genangan air cepat surut karena cepat mengalir ke laut pada musim hujan.

Di sinilah kepopuleran Risma melambung dan membuat namanya semakin dikenal publik.

Setelah menjabat Kepala DKP, Risma digeser menjadi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeko) Kota Surabaya 2008-2010, jabatan terakhirnya selama berkiprah sebagai birokrat.

Berkat kerja kerasnya mengubah wajah Kota Surabaya, tingkat popularitas Risma semakin meroket.

Awal karier politik

Ia pun mulai diperhitungkan hingga masuk ke gelanggang politik dan menjadi orang nomor satu sekaligus wali kota perempuan pertama sepanjang sejarah Kota Surabaya.

Pada tahun 2010, Risma bersama Bambang DH (Wali Kota Surabaya 2002-2005 dan 2005-2010) diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) untuk maju sebagai pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Surabaya 2010-2015.

Baca juga: Anak Saya Menangis Tidak Mau Makan, Kaget Dia gara-gara TikTok Dikeluarkan dari Sekolah

Alasan PDI-P merekomendasikan Risma saat itu karena Risma dinilai mempunyai tingkat kepopuleran dan elektabilitas yang tinggi dibanding kader lainnya.

Setelah mendapat rekomendasi dari PDI-P, Risma merasa cobaan yang dihadapinya dalam hidup makin lama makin besar dan ini menjadi tantangan tersendiri buatnya.

Risma pun merespons rekomendasi itu dengan santai. "Ya itu tadi. Ini adalah cobaan," kata Risma saat itu.

Risma-Bambang akhirnya memenangi Pilkada Surabaya 2010. Hasil rekapitulasi pemilihan Wali Kota Surabaya menunjukkan bahwa Tri Rismaharini-Bambang DH unggul dari kandidat lainnya.

Setelah menjabat Wali Kota Surabaya, apa yang diutarakan Risma benar adanya. Baru tiga bulan menjabat, cobaan datang menerpa.

Saat itu, Risma hendak diberhentikan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya.

Penyebabnya, perempuan kelahiran 20 November 1961 ini menerbitkan Peraturan Wali Kota (Perwali) Nomor 56 dan 57 Tahun 2010 tentang Kenaikan Pajak Reklame.

 

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memberikan sanksi berupa push up kepada puluhan remaja karena dinilai melanggar protokol kesehatan dengan tidak memakai masker saat melintas di Jalan Diponegoro, Kota Surabaya, Sabtu (25/5/2020) malamANTARA Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memberikan sanksi berupa push up kepada puluhan remaja karena dinilai melanggar protokol kesehatan dengan tidak memakai masker saat melintas di Jalan Diponegoro, Kota Surabaya, Sabtu (25/5/2020) malam
Perwali ini, bagi DPRD, dianggap menyusahkan pengusaha reklame. Hal ini pada gilirannya juga diduga akan mengganggu "pemasukan" wakil rakyat.

DPRD pun menggunakan hak angket guna menyingkirkan Risma, tetapi akhirnya gagal.

Setahun setelah upaya pelengseran Risma, Bambang DH mendadak mengajukan pengunduran diri sebagai Wakil Wali Kota Surabaya ke DPP PDI-P.

Sejumlah alasan dikemukakan, antara lain ingin memberikan kesempatan kepada kader yang lebih muda. Keinginan Bambang ditolak Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Bambang akhirnya benar-benar mundur sebagai wakil wali kota pada September 2013, ketika mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Timur periode 2014-2019.

Posisi wakil wali kota Surabaya kemudian dijabat Whisnu Sakti Buana yang juga menjabat Ketua DPC PDI-P Kota Surabaya saat itu.

Meski menjabat wali kota, Risma tetap dengan gayanya yang nyentrik, turun ke jalan membersihkan sampah dan selokan serta menyapu jalanan.

Terkadang, Risma juga ikut mengatur kemacetan lalu lintas, turun memberi komando kepada tim pemadam kebakaran untuk memadamkan api di rumah-rumah warga.

Baca juga: Saya Kaget Dibilang Positif Covid-19 karena Tidak Merasa Sedang Sakit

Risma juga dikenal sebagai sosok pekerja keras, tegas, ceplas-ceplos, dan ulet.

Raih berbagai penghargaan

Tak heran bila pada periode 2010-2015, Risma meraih banyak penghargaan baik di tingkat nasional maupun internasional.

Surabaya juga makin diperhitungkan. Kota Pahlawan mendapat penghargaan kota layak anak dan Adipura Kencana secara berturut-turut, pengelolaan taman terbaik seluruh Indonesia, dan terkenal di mata internasional.

Penghargaan bergengsi lain yang diraih Risma adalah mayor of the month pada 2014. Lalu, yang fenomenal adalah penghargaan wali kota terbaik dunia dari Citymayors.com pada Maret 2015.

Dalam bulan yang sama, Risma juga mendapatkan penghargaan World Mayor Commendation dari World Mayor Project dan masuk 50 tokoh besar dunia di peringkat 24 dari media terkemuka Amerika Serikat, Fortune.

Berkat prestasi dan kemajuan signifikan yang dilakukan Risma untuk Surabaya, PDI-P kembali memberinya rekomendasi untuk maju pada Pilkada 2015. Risma kembali berpasangan dengan Whisnu.

Risma saat itu kembali terpilih dan melanjutkan berbagai programnya sebagai Wali Kota Surabaya.

 

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini beserta jajarannya saat kerja bakti di Jalan Tegalsari - Jalan Kendangsari, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (21/1/2020).KOMPAS.COM/GHINAN SALMAN Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini beserta jajarannya saat kerja bakti di Jalan Tegalsari - Jalan Kendangsari, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (21/1/2020).
Banyaknya prestasi yang didapat Risma dan Surabaya membuat namanya juga ikut melambung di dunia internasional.

Di akhir periode pertama dan awal periode kedua sebagai Wali Kota Surabaya, Risma kerap menghadiri undangan di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Risma bahkan sering mendapat undangan dari sejumlah negara untuk menjadi pembicara, terutama berkaitan tentang keberhasilannya membenahi penataan kota di Surabaya.

Seiring namanya yang mendunia, Risma kemudian mendapat amanah menjadi Presiden United Cities and Local Government Asia Pacific (UCLG-Aspac).

Dalam kongres UCLG-Aspac ke-7 yang digelar di Surabaya pada 14 September 2018, Risma terpilih secara aklamasi sebagai Presiden UCLG-Aspac untuk masa bakti 2018-2020, menggantikan Gubernur Provinsi Jeju, Korea Selatan, Won Hee-ryong.

Risma mengatakan, tujuan utama pembangunan Kota Surabaya bukan penghargaan.

"Saya pastikan berkali-kali, tujuan (pembangunan) bukan untuk penghargaan, tetapi tujuan pembangunan Surabaya untuk kesejahteraan warga, itu saja," kata Risma.

Risma menambahkan, berbagai penghargaan yang didapatkan selama ini merupakan penyemangat untuk mendorong dirinya dan jajarannya untuk lebih bekerja keras.

Baca juga: Bandara Juanda Surabaya Layani Rapid Test Antigen, Biayanya Rp 170.000

Bahkan, ia terus berkomitmen untuk tidak henti-henti meningkatkan kesejahteraan warga Kota Surabaya hingga akhir masa jabatannya.

"Terima kasih, mudah-mudahan apresiasi yang terus kami dapat menjadikan kami bekerja lebih keras lagi dalam memberikan kesejahteraan warga (Surabaya)," imbuh Risma.

Sejumlah tantangan

Meski kariernya melejit, nama Risma juga sempat meredup setelah putra sulungnya Fuad Bernardi diperiksa terkait amblesnya Jalan Raya Gubeng pada Desember 2018.

Dalam kasus itu, putra sulung Risma hanya berstatus sebagai saksi.

Selain itu, terdapat pula hal kontroversial yang pernah dilakukan Risma, salah satunya pada akhir Juni lalu.

Saat itu, Risma melakukan sujud dua kali di hadapan pengurus IDI Surabaya di Balai Kota Surabaya.

Awalnya, Risma mendengarkan keluhan sejumlah dokter yang praktik di rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya.

 

Wali Kota Surabaya Tri RismahariniDok. Pemkot Surabaya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini
Risma yang mendengar keluhan dari para dokter itu tak kuasa menahan tangis. Tiba-tiba Risma bersujud dan menangis di depan puluhan dokter yang hadir. 

Wali Kota Surabaya itu dua kali bersujud di hadapan puluhan dokter ketika mendengarkan keluhan dokter yang praktik di rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya.

Risma pun menanggapi keluhan itu. Risma mengaku tak leluasa masuk ke rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur itu.

"Kalau bapak menyalahkan kami (karena RSUD dr Soetomo penuh), kami enggak terima. Kami tidak bisa masuk ke sana," kata Risma.

Dalam upaya menekan laju penularan Covid-19, tercatat Risma juga pernah naik pitam saat mengetahui dua mobil PCR dari BNPB yang sedianya diperbantukan khusus untuk Kota Surabaya ternyata dialihkan ke daerah lain oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur.

Risma tampak menelepon salah seseorang pejabat Pemprov Jatim sambil marah-marah. Sebab, bantuan mobil PCR itu disebut diberikan untuk Surabaya.

Di ujung telepon, suara Risma terdengar meninggi. Ia tidak terima karena bantuan mobil laboratorium dialihkan untuk daerah lain.

"Saya dapat (chat) WhatsApp Pak Doni Monardo kalau (mobil laboratorium) itu untuk Surabaya. Apa-apaan ini, kalau mau boikot jangan gitu caranya. Saya akan ngomong ini ke semua orang," kata Risma dengan nada tinggi.

Baca juga: Tak Ada Pekerjaan Sepulang Merantau, Mantan TKI Kini Punya Bisnis Bonsai Beromzet Jutaan Rupiah

Kemudian, penanganan Covid-19 di Surabaya yang dinilai gagal hingga Kota Pahlawan dilabeli zona hitam.

Namun, Pemerintah Provinsi Jawa Timur kemudian buru-buru meluruskan warna Kota Surabaya pada peta sebaran Covid-19 Jawa Timur bukan hitam, melainkan merah tua.

Saat ini kasus Covid-19 di Surabaya sudah cenderung membaik, meski beberapa hari terakhir okupansi rumah sakit di Surabaya juga rata-rata hampir penuh.

Dengan segala dinamika dalam karier politiknya sebagai wali kota Surabaya, kinerja Risma tetap membekas bagi sebagian orang.

Rencana setelah purnatugas

Tak heran bila namanya beberapa kali masuk bursa menteri dan gubernur DKI, meski hal itu pada akhirnya tak terjadi.

Di beberapa kesempatan, Risma mengaku beberapa kali pernah mendapat tawaran sebagai menteri. Namun tawaran itu selalu ditolak.

Di hari pemungutan suara Pilkada Surabaya, pada 9 Desember 2020, Risma yang ditanya soal peluangnya menjadi menteri tak menjawab dengan gamblang.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama sang suami Djoko Sapto Adji dan putrinya Tantri Gunarni menunjukkan jari kelingking yang sudah dicelupkan tinta tanda sudah mencoblos di TPS 001, Perumahan Taman Pondok Indah, Kelurahan Jajar Tunggal, Kecamatan Wiyung, Surabaya, Rabu (9/12/2020).KOMPAS.COM/GHINAN SALMAN Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama sang suami Djoko Sapto Adji dan putrinya Tantri Gunarni menunjukkan jari kelingking yang sudah dicelupkan tinta tanda sudah mencoblos di TPS 001, Perumahan Taman Pondok Indah, Kelurahan Jajar Tunggal, Kecamatan Wiyung, Surabaya, Rabu (9/12/2020).
Setelah pensiun dari jabatannya sebagai wali kota Surabaya, ia mengaku memiliki rencana untuk berbisnis dan mengajar.

Rencana itu, kata dia, tak ada kaitannya dengan politik.

"Pertama, saya akan coba berbisnis, kedua ada beberapa perguruan tinggi yang meminta saya menjadi pengajar," ujar dia usai melakukan pencoblosan di TPS 001, Wiyung, Surabaya, Rabu (9/12/2020).

Saat itu, Risma mengatakan, akan mencoba menekuni beberapa peluang usaha.

"Bikin usaha, ya macam-macam, namanya juga usaha. Apa saja pokoknya bisa saya ambil," kata dia.

Ketika ditanya, keinginan berangkat ke Jakarta, Risma membalas dengan guyonan.

"Gimana maksudnya? Apa aku coba jualan di Jakarta, gitu?" kata dia sambil tertawa.

Saat itu, sebenarnya nama Risma sudah mencuat dan diisukan akan menggantikan Juliari P Batubara sebagai menteri sosial.

Baca juga: Luhut Sambut Baik Masuknya Risma hingga Sandiaga Uno ke Kabinet

Pasalnya, Juliari Batubara tersandung kasus korupsi bansos Covid-19.

Pada Senin (14/12/2020), Risma mengaku, belum mendapatkan tawaran secara resmi.

Tetapi jika tawaran tersebut datang, ia akan melaksanakan shalat istikharah atau meminta petunjuk.

"Nanti dilihat dulu, istikharah, bisa apa tidak? Nanti iya iya tapi ternyata tidak bisa gimana," kata Risma.

Ditunjuk jadi mensos

Beberapa hari berselang, nama Risma yang mencuat dan dikabarkan menjadi pengganti mensos benar adanya.

Selasa (22/12/2020) sore, Presiden Jokowi menunjuk Risma menggantikan posisi Juliari P Batubara yang saat ini ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena kasus korupsi bantuan sosial Covid-19.

Selain posisi menteri sosial, Presiden Jokowi juga merombak lima jabatan menteri lainnya.

Presiden Joko Widodo (keempat dari kiri) didampingi Wapres Maruf Amin (keempat dari kanan) berfoto bersama dengan enam menteri baru di Kabinet Indonesia Maju Jilid 2 usai diumumkan di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (22/12/2020). Keenam orang calon menteri hasil kocok ulang (reshuffle) tersebut antara lain Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial, Sakti Wahyu Trenggono sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama, Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan, Sandiaga Salahudin Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta M Lutfi sebagai Menteri Perdagangan. ANTARA FOTO/LAILY RACHEV Presiden Joko Widodo (keempat dari kiri) didampingi Wapres Maruf Amin (keempat dari kanan) berfoto bersama dengan enam menteri baru di Kabinet Indonesia Maju Jilid 2 usai diumumkan di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (22/12/2020). Keenam orang calon menteri hasil kocok ulang (reshuffle) tersebut antara lain Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial, Sakti Wahyu Trenggono sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama, Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan, Sandiaga Salahudin Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta M Lutfi sebagai Menteri Perdagangan.
Sandiaga Salahudin Uno menempati posisi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggantikan Wishnutama Kusubandio.

Selain itu, Wahyu Sakti Trenggono dipercaya menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan menggantikan Edhy Prabowo yang tertangkap tangan KPK atas dugaan kasus suap izin ekspor benih lobster.

Kemudian, Menteri Agama ditempati Yaqut Cholil Qoumas. Mantan Bupati Rembang ini menggantikan Fachrul Razi.

Lalu, Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan menggantikan Terawan.

Terakhir, Muhammad Lutfi menjabat Menteri Pedagangan menggantikan Agus Supramanto.

Usai ditunjuk sebagai mensos di Kabinet Indonesia Maju, Risma mengaku tak bisa melupakan warga Surabaya.

Menurut Risma, tanpa adanya dukungan seluruh masyarakat, pembangunan di Kota Surabaya tak bisa maju pesat seperti sekarang ini hingga diakui seluruh dunia.

"Saya terima kasih kepada warga Surabaya, selama 10 tahun bersama saya membangun Kota Surabaya. Sehingga Surabaya bukan hanya diakui di Indonesia tapi juga di dunia. Kedua juga data-data membuktikan bahwa warga Surabaya lebih sejahtera," kata Risma saat dihubungi awak media Surabaya melalui video call, Selasa (22/12/2020) petang.

Baca juga: Bantah Terlibat Korupsi Bansos, Gibran Akui Kenal Juliari, tapi...

Risma menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh warga Surabaya.

Sebab, selama 10 tahun telah diberikan amanah dan kepercayaan sebagai Wali Kota Surabaya.

Menanti gebrakan Risma

Di sisi lain, Risma mengakui, jabatan menteri sosial merupakan tugas sekaligus tanggung jawab yang berat.

Apalagi, wilayah cakupan kerja yang semakin luas. Bila sebelumnya Risma hanya memikirkan warga Surabaya, kini Risma harus mampu memberdayakan masyarakat di seluruh Indonesia.

Meski demikian, ia akan menjalani peran barunya dengan penuh tanggung jawab.

Hal pertama yang akan dilakukan adalah membenahi data penerima bantuan sosial agar tidak terjadi kesalahan dan bantuan tersebut tepat sasaran.

Sesuai instruksi Jokowi, nantinya penyerahan bantuan sosial menggunakan sistem transfer ke rekening masing-masing penerima.

 

Risma sudah memiliki ancang-ancang untuk melakukan pemberdayaan kepada para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).

Caranya adalah dengan mengekstraksi program yang telah dilakukan selama sepuluh tahun menjabat sebagai wali kota Surabaya.

Baca juga: Jadi Mensos, Risma: Saya Tetap Arek Suroboyo, Tidak Akan Melupakan Warga Surabaya

"Jadi (masyarakat) bukan hanya menerima bantuan, tapi kita ajarkan mereka berdaya, kayak (program) Pahlawan Ekonomi, Kampung Anak Negeri," tutur Risma.

Kiprah, prestasi, penghargaan, dan gebrakan yang pernah diukir Risma selama menjabat wali kota Surabaya dua periode kini ditunggu masyarakat Indonesia, khususnya di bidang pemberdayaan sosial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com