Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Pesawat Lion Air Tergelincir di Lampung | Jembatan Bambu Senilai Rp 200 Juta

Kompas.com - 21/12/2020, 06:48 WIB
Candra Setia Budi

Editor

2. Jembatan bambu senilai Rp 200 juta

Warganet dihebohkan dengan beredarnya informasi sebuah jembatan bambu senilai Rp 200 juta yang ada di Kabupaten Ponorogo.

Terkait dengan itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Ponorogo, Jamus Kunto pun angkat bicara.

Kata Jamus, awalnya warga meminta jembatan yang menghubungkan dua desa di Ponorogo tersebut direhab.

Jembatan itu, sambungnya, posisinya rendah dan memicu banjir saat air sungai meluap. Selain itu jembatan itu hanya hanya memiliki lebar 2 meter.

Setelah menerima usulan warga, Bappeda meminta DPUPR menghitung kebutuhan anggaran pembangunan jalan tersebut.

Kemudian, setelah dihitung kebutuhan anggaran untuk rehab jembatan tersebut membutuhkan dana sekitar Rp 500 juta hingga Rp 600 juta. Namun, anggaran yang tersedia Rp 200 juta.

Anggaran itu, sambungnya, kemudian digunakan untuk pembagunan pondasi jembatan sebelah kanan dan kiri. Untuk lantainya warga inisiatif patungan.

“Pembangunan jembatan itu merupakan aspirastif dari legeslatif desa setempat. Pembangunan jembatan itu atas permintaan warga karena kondisi jembatan sudah lama,” kata Jamus yang dihubungi Kompas.com, Jumat (18/12/2020).

Baca juga: Heboh Jembatan Bambu Senilai Rp 200 Juta, Ini Penjelasan Pemkab Ponorogo

 

3. Mbah Wiryo tak lelah bunyikan lonceng gereja setiap hari

Mbah Wiryo, panggilan warga pada nenek Wakiyah (94), di Pedukuhan Kajoran, Kalurahan Banjaroya, Kapanewon Kalibawang, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puluhan tahun membunyikan lonceng penanda waktu berdoa umat Katolik yang berada di salah satu sisi Bukit Menoreh.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Mbah Wiryo, panggilan warga pada nenek Wakiyah (94), di Pedukuhan Kajoran, Kalurahan Banjaroya, Kapanewon Kalibawang, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puluhan tahun membunyikan lonceng penanda waktu berdoa umat Katolik yang berada di salah satu sisi Bukit Menoreh.

Di usia yang tak lagi mudah, Mbah Wiryo masih setia untuk membunyikan lonceng di kapel, istilah warga untuk gereja kecil, dengan nama Santo (ST) Lukas Kajoran, Kalurahan Banjaroya, Kapanewon Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (19/12/2020).

“Saya membunyikan lonceng tiga kali sebagai peringatan bagi warga dusun bahwa ini jam sembahyang,” kata Toddea Wakiyah Wiryorejo (94), lansia yang memukulkan lonceng itu, Sabtu tengah hari. Semua percakapan itu berlangsung dalam bahasa Jawa.

Kata Mbah Wiryo, ia merupakan generasi ketiga pemukul lonceng pada kapel ST Lukas Kajoran.

Awalnya, Barnabas Sarikromo atau Sariman, mertuanya, kemudian Rafaael. Rafael merupakan suami dai Mbah Wiryo.

Mbah Wiryo mengatakan, suaminya meninggal sekitar tahun 1980-an. Sejak itu, ia yang mengganti memukul lonceng hingga sekarang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com