Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sosok Tri Mumpuni, Pecinta Desa yang Jadi Tokoh Muslim Berpengaruh di Dunia

Kompas.com - 20/12/2020, 17:23 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Nama Tri Mumpuni kembali bersinar di dunia. Kali ini, ia masuk dalam jajaran tokoh muslim berpengaruh versi The Muslim 500 untuk kriteria Sains dan Teknologi bersama 21 tokoh muslim lainnya dari berbagai negara dunia.

Kabar menggembirakan tersebut datang dari Presiden Joko Widodo. Lewat akun Twitternya, pria yang akrab disapa Jokowi ini mengumumkan penghargaan yang diraih dua ilmuwan Indonesia.

"Kabar gembira, tentang prestasi dua ilmuwan Indonesia, Ibu Adi Utarini dan Ibu Tri Mumpuni," tulis Presiden Jokowi.

"Prof Adi Utarini masuk daftar "Nature's 10: Ten People Who Helped Shape Science in 2020" dari jurnal sains Nature. Sementara Tri Mumpuni termasuk 22 Most Influential Muslim Scientists," tambah Jokowi.

Baca juga: Tri Mumpuni, Perempuan Pejuang Listrik untuk Desa Terpencil

Pernah dipuji Presiden AS Barrack Obama

Penghargaan ini bukanlah yang pertama buat Tri Mumpuni. Berbagai penghargaan internasional pernah diraih perempuan kelahiran Semarang, 6 Agustus 1964 tersebut.

Beberapa di antaranya, Climate Hero 2005 dari World Wildlife for Nature, Ashden Awards 2012, dan Magsaysay Awards 2012.

Bahkan di April 2010, Presiden AS Barack Obama memuji Tri dalam acara Presidential Summit on Enterpreneurship di Washington.

Obama mengapreasiasi kiprah Tri Mumpuni mempelopori pembangkit listrik mikrohidro di perdesaan.

Baca juga: Berjuang Lawan Deforestasi, Perempuan Ini Antar 5 Desa Hutan Bujang Raba Raup Rp 1 M dari Jual Karbon

Lantas siapa Tri Mumpuni?

Tahun 2006, Kompas.com berkesempatan mengunjungi rumahnya di Kampung Panaruban, Desa Cicadas, Kecamatan Segalaherang, Kabupaten Subang. 


Saat itu, ia tengah menerima tamu dari tim CSR salah satu perusahaan BUMN. Meski memiliki asisten rumah tangga, Tri memilih menyiapkan sendiri minuman untuk tamunya.

"Saya suka teh. Ini teh favorit saya, comomile tea, teh jepang, teh hijau, dan teh hitam yang bau sangit (gosong)," ungkap Tri.

Selain teh yang disebutkan Tri, ada banyak jenis teh di rumahnya. Seperti teh Srilanka, India, Inggris, Belanda dan tentunya teh dari dalam negeri seperti teh upet.

Baca juga: Karawang Bersiap Sulap Gunungan Sampah Jadi Energi Terbarukan

Rumah indah, cantik, elegan, dan terkesan mewah tersebut tak sekadar rumah. Di sinilah Tri memberdayakan masyarakat.

Contohnya kebun kupu-kupu di bagian selatan rumahnya. Itu dikerjakannya bersama warga sekitar. Begitupun belasan kamar yang ada di samping rumahnya, merupakan tempat pelatihan.

Di rumah berlantai tiga dengan suasana yang asri inilah, merumuskan pengembangan teknologi mikrohidro.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com