Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usia Hampir Seabad, Mbah Wiryo Masih Setia Bunyikan Lonceng Gereja Saban Hari

Kompas.com - 20/12/2020, 13:39 WIB
Dani Julius Zebua,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Lonceng berdentang tepat pukul 12.00 WIB di salah satu bukit terjal pada Pegunungan Menoreh yang masuk dalam Pedukuhan Kajoran, Kalurahan Banjaroya, Kapanewon Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (19/12/2020).

Dentangnya yang bertalu itu terdengar oleh mereka yang ada di ladang dan hutan, maupun mereka yang ada di perbatasan pedukuhan.

Dentang itu datang dari sebuah kapel, istilah warga untuk gereja kecil, dengan nama Santo (ST) Lukas Kajoran. Kapel ini terletak di salah satu bukit terjal di bawah hutan jati, dan sekelilingnya pohon-pohon tinggi.

Lonceng itu tergantung di sudut kiri depan kapel. Lonceng memiliki diameter bawah sekitar 40 Cm. Bandulnya terikat tali yang tertambat pada tiang atap pelataran depan kapel.

Baca juga: Puncak Widosari Kulon Progo, Keindahan di Tengah Perbukitan Menoreh

Seorang lansia perempuan dengan rambut putih perak menarik tali itu sehingga bandul menghantam genta. Benturan bandul dan genta menggetarkan udara menghasilkan suara kencang.

Nenek itu memukul lonceng dua kali lantas diulang kembali sampai tiga kali. Suara genta jadi bertalu-talu.

“Saya membunyikan lonceng tiga kali sebagai peringatan bagi warga dusun bahwa ini jam sembahyang,” kata Toddea Wakiyah Wiryorejo (94), lansia yang memukulkan lonceng itu, Sabtu tengah hari. Semua percakapan itu berlangsung dalam bahasa Jawa.

Baca juga: Sri Sultan HB X: Ikuti Pusat, Keluar Masuk DIY Wajib Swab Antigen atau Tes PCR

Genta pengingat waktu berdoa

Mbah Wiryo, panggilan warga pada nenek Wakiyah (94), di Pedukuhan Kajoran, Kalurahan Banjaroya, Kapanewon Kalibawang, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puluhan tahun membunyikan lonceng penanda waktu berdoa umat Katolik yang berada di salah satu sisi Bukit Menoreh.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Mbah Wiryo, panggilan warga pada nenek Wakiyah (94), di Pedukuhan Kajoran, Kalurahan Banjaroya, Kapanewon Kalibawang, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puluhan tahun membunyikan lonceng penanda waktu berdoa umat Katolik yang berada di salah satu sisi Bukit Menoreh.
Warga mengenalnya sebagai Mbah Wiryo. Nama itu berasal dari nama suaminya, Rafael Sudarno Wiryorejo (Rafael). Mbah Wiryo nenek dengan perawakan kurus, giginya habis, namun masih tegap berjalan sekalipun agak lamban dan tanpa tongkat yang menopang.

Mbah Wiryo menceritakan, ia memukul genta setiap pukul 06.00, 12.00 dan 18.00. Suara lonceng merupakan ajakan untuk berdoa bagi umat Katolik di Kajoran.

Terdapat 47 kepala keluarga atau 157 umat Katolik pada lereng Kajoran tersebut. Di antara mereka bekerja di kebun, ladang maupun hutan.

Genta menjadi pengingat waktu untuk berdoa setiap waktu sekalipun berada di tengah kesibukan sepanjang hari.

“Sehari tiga kali dengan patokan jam, jam enam, jam 12 sing dan enam sore. Saat sore ketika sudah gelap. Tergantung terang atau sudah gelap,” kata Mbah Wiryo.

Baca juga: Kapal Bawa 40 Wisatawan Oleng Sebelum Tenggelam di Kampar, Turis yang Terdaftar hanya 21 Orang

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com