Mereka juga menjaga dan menutup akses jalan ke lokasi-lokasi wisata yang berada di daerah rawan seperti lokasi wisata Klangon Kalitengah Lor yang jaraknya hanya sekitar tiga kilometer dari puncak Merapi.
Menurut Kepala BPPTKG Hanik Humaida, lembaganya selalu memperbarui data dan informasi yang kemudian disampaikan kepada masyarakat melalui berbagai fasilitas media sosial dan aplikasi agar mudah diakses.
"Masyarakat agar mengikuti informasi dari kami dan imbauan pemerintah setempat. Tentunya berita informasi yang resmi dari pemerintah," kata Hanik.
Baca juga: Akibat Guguran Lava, Morfologi Gunung Merapi Berubah, Permukaan Kawah Terangkat
Asih sebagai Juru Kunci Merapi, mengambil peran untuk menginformasikan kepada masyarakat sekitar Merapi untuk lebih hati-hati dan waspada. Dia bergabung dan berbaur dengan masyarakat untuk berjaga dan selalu mengamati kondisi Merapi.
"Kalau ada sesuatu, kami ikut berperan menginformasikan kepada masyakat agar mereka bisa segera tahu," katanya.
Hanik pun mengaku berkoordinasi dengan Asih sebagai Juru Kunci Merapi untuk menyampaikan informasi aktivitas terbaru Gunung Merapi. Asih juga pernah datang ke kantor BPPTKG untuk melihat aktivitas orang-orang di BPPTKG dalam melakukan pemantauan Merapi.
"Saya kira informasi dari BPPTKG diikuti Mas Asih, beliau juga mengikuti perkembangan dari kami," kata Hanik.
Baca juga: Sleman dan Klaten Siap Terima Pengungsi Gunung Merapi Lintas Wilayah
Informasi tentang aktivitas Merapi dari BPPTKG yang menggunakan teknologi modern itu lebih populer di masyarakat generasi sekarang yang lebih karib dengan dunia digital dan internet.
Beberapa masyarakat generasi sekarang lebih mempercayai informasi dari lembaga seperti BPPTKG karena berbasis data dan bisa dan menggunakan teknologi canggih.
Rustiningsih Dian Puspitasari (20), seorang mahasiswi salah satu univeristas swasta di Yogyakarta, mengaku lebih memilih informasi dari BPPTKG soal aktivitas Merapi karena merupakan lembaga resmi pemerintah dan bisa dipercaya data-datanya.
"Kita realistis saja. Lebih memilih informasi di berita atau lembaga yang sudah menyediakan informasi itu karena mereka berbasis data," katanya.
Baca juga: BPBD Sleman Siapkan 4 Barak Pengungsian Gunung Merapi
Menurutnya, dia akan melihat informasi dari lembaga seperti BPPTKG dan juga informasi dari Juru Kunci Merapi karena keduanya memiliki sudut pandang yang berbeda.
"Kalau saya dua-duanya harus dilihat, dari sudut pandang BPPTKG dan dari sudut pandang pandang leluhur kita," kata Ismi yang masih kuliah di salah satu kampus negeri di Yogyakarta.
Mayoritas kaum muda yang mengedepankan teknologi pun sepakat bahwa keberadaan Juru Kunci Merapi harus tetap dipertahankan sebagai pelestari yang menghidupkan kearifan lokal warga Merapi dan penjaga tradisi.
Baca juga: Status Tanggap Darurat Bencana Merapi di Sleman Diperpanjang hingga Akhir Desember
"Menurut saya pribadi masih penting, karena (Juru Kunci Merapi) salah satu warisan budaya dan leluhur kita masih mempercayai adanya juru kunci di gunung tertentu, jadi masih perlu," kata Ismi.
Meskipun begitu, ada pula yang berkata tidak semua orang percaya pada hal-hal mistis dan gaib yang lekat dengan predikat juru kunci.
"Lebih penting ke data yang berbasis teknologi dari pada juru kunci yang mungkin bagi orang basisnya mistis atau hal gaib. Kalau bicara secara keilmuan bisa dibuktikan dengan bukti dan data serta ada alat untuk mengukur apakah statusnya naik atau turun."
Baca juga: Pengungsi Merapi Kebanyakan Lansia dan Anak, Bilik Ayah Bunda di Pengungsian Dipertanyakan
"Kalau juru kunci ini kan kayak kita percaya dan nggak percaya," kata Katarina Widhi Arneta Sari, mahasiswi kampus swasta di Yogyakarta.