Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Desa Ini Biasa Jual Beli dengan Sayuran hingga Bisa Bertahan di Masa Pandemi

Kompas.com - 19/12/2020, 12:38 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Tak hanya Juned, sebagian warga lainnya juga melakukan hal sama. Mereka menanam melalui berbagai macam media, antara lain: polybag, pot, ember, dan berbagai wadah lainnya.

Mereka meletakkan media tanam itu di pinggir jalan, trotoar, dinding rumah, pagar rumah, teras halaman rumah, bahkan hingga di atap-atap rumah.

Suryana (51) dan Iin Kurnia (40) melakukan hal itu. Pria yang menjabat kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Desa Nangka, memenuhi halaman rumahnya yang berukuran 7x5 meter dengan berbagai macam jenis tanaman. Bahkan, dia memanfaatkan lahan kosong atap rumahnya juga untuk menanam.

Tanaman yang dibudidayakan sangat beragam. Sebagian tanaman seperti yang ditanam dengan Juned, ditambah tanaman kailan, pare, terong, tomat, cabai, strawberi, hingga tanaman sayur dan buah lainnya. Bila dijumlah, dia memiliki lebih dari 1.000 polybag yang berisi sayuran dan juga bibit-bibitnya.

“Jadi setelah tugas di kantor desa, baru mengurus tanaman. Jadi tidak sulit dan tidak ada yang bentrok. Justru lebih sehat dan menguntungkan. Panen terakhir saya mendapat sekitar 4 juta rupiah dari berbagai tanaman,” ungkap Suryana.

Merintis Desa Agribisnis

Kepala Desa Nangka Sukmana mengatakan, semangat menanam warga setempat mengagumkan. Awalnya hanya beberapa warga. Namun, setelah dijadikan program desa, nyaris 100 persen warga, yakni sebanyak 304 kartu keluarga, sudah menanam tanaman di rumah masing-masing.

Baca juga: Gelar Wonogiri Innovation Awards, Bupati Jekek Ingin Desa Punya Tata Manajerial Sendiri

 

Sebagian besar tanaman sayuran, tetapi ada juga tanaman hias. Mereka menggantungnya di sekitar rumah hingga tampak asri nan indah.

Pemerintah desa melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) membuat Kebun Bibit Desa (KBD) yang isinya berbagai jenis bibit tanaman.

Setiap warga mendapatkan puluhan hingga ratusan polybag gratis dengan dilengkapi berbagai jenis bibit tanaman.

Tak hanya mengajak menanam, kelompok wanita tani juga menyediakan wadah jual beli hasil panen setiap hari Minggu. Dalam kegiatan itulah, warga dapat memasarkan hasil panennya.

Mereka melakukan sistem barter sayuran hasil panen antar-warga. Sedangkan sisa panen lainnya dikumpulkan dan dijual ke pasar-pasar tradisional.

“Setiap hari minggu, Kelompok Wanita Tani membuat semacam pasar dadakan. Jadi yang punya sayuran dikumpulkan di Kebun Bibit Desa ini. Tempatnya di sini. Jadi yang mau jual setiap hari minggu jam 06.00-08.00 ditampung kelompok wanita tani, ada juga yang dilempar ke pasar. Keuntungannya relatif berdasarkan kuantitas hasil panen, dan juga harga sayuran yang naik turun,” kata Sukmana.

Barter sayuran dengan kebutuhan pokok

Sistem barter itu tidak hanya sayuran dengan sayuran, namun juga berlaku untuk berbagai macam kebutuhan pokok. Tempat barternya di warung-warung warga.

Salah satunya warung milik Siti Nurlaela. Wanita berusia 36 tahun ini menjual bakso, mi ayam, tahu tempe, dan berbagai bahan sembako lainnya.

Nurlaela juga memiliki tanaman. Namun, bila belum panen, dia melayani pembelian barang jualannya dengan cara ditukar sayur-mayur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com