Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Kelangkaan BBM di Krayan, Harga Eceran Tembus Rp 35.000 Per Liter, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 18/12/2020, 16:26 WIB
Setyo Puji

Editor

KOMPAS.com - Warga di dataran tinggi Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mengeluhkan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) selama dua pekan terakhir.

Hal itu terjadi karena pasokan barang yang berkurang jika dibanding kondisi normal sebelumnya.

Akibat kelangkaan itu, antrean panjang di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) tak terhindarkan. 

Warga rela mengantre berjam-jam di SPBU untuk mendapatkan BBM dengan harga lebih murah. Pasalnya, ditingkat pengecer, harga BBM jenis premium sudah melambung tinggi atau mencapai Rp 35.000 per liter.

Baca juga: Nasib Warga Perbatasan RI-Malaysia di Krayan, Tiap Hari Antre BBM Dijatah 3 Liter gara-gara Lisensi Pilot Pesawat Pengangkut BBM Habis

Dibatasi 3 liter per orang

Camat Krayan Induk Heberly mengatakan, kondisi yang dialami warga di Krayan saat ini memang sedang krisis BBM.

"Kita memang sedang krisis BBM, pesawat yang biasanya menyuplai 3.000 sampai 4.000 ton sudah tidak jalan. Informasinya ada permasalahan di pilotnya,  jadi pesawat suplai penggantinya membawa BBM dalam kapasitas lebih sedikit, hanya 1,2 ton sekali angkut," katanya, Jumat (18/12/2020.

Untuk menyikapi agar terjadi pemerataan, pemerintah kecamatan telah menyiapkan kartu kendali. Warga yang diperbolehkan membeli BBM di SPBU tersebut harus yang memiliki kartu tersebut.

Setiap warga pemegang kartu juga dibatasi pembeliannya dengan maksimal 3 liter.

Akibat adanya kelangkaan itu, pihaknya mengaku harga di tingkat eceran saat ini melonjak tinggi. Untuk BBM jenis premium harganya di angka Rp 35.000 per liter.

Baca juga: Akibat Pandemi, Penyaluran BBM Saat Natal dan Tahun Baru di Jateng Diproyeksi Turun 11 Persen

Penjelasan Pertamina

Region Manager Communication, Relations & CSR Roberth MV Dumatubun mengatakan, kendala yang dihadapi PT Pertamina untuk menyalurkan pasokan BBM tersebut karena kondisi cuaca dan medan jalan yang rusak.

Di tengah musim penghujan ini, menurutnya tak jarang pesawat harus menunda keberangkatan untuk menunggu cuaca kondusif.

"Kondisi cuaca, geografis, dan medan yang berat atau rusak dari Bandara Long Bawan ke SPBU Krayan Selatan juga menyebabkan perjalanan moda angkut BBM memerlukan waktu satu hari satu malam untuk tiba di lokasi SPBU, sehingga setiap suplai per penerbangan menjadi tertunda sampai di lokasi," jelasnya.

Selain itu, ia juga tidak memungkiri bahwa pasokan barang saat ini menjadi tersendat di daerah tersebut.

Baca juga: BBM Langka Selama Sepekan di Batam, Ini Penjelasan Pertamina

Alasannya karena masalah teknis. Sehingga armada pesawat yang digunakan untuk melakukan pengiriman harus diganti untuk sementara waktu dengan kapasitas angkut yang lebih kecil.

"Dikarenakan lisensi pilot perlu untuk diperbaharui dan saat ini masih dalam proses, maka pengiriman BBM sementara disubstitusi menggunakan pesawat jenis Cessna dari PT Pelita Air Service (PAS) mulai 3 Desember 2020," ujarnya.

Terkait dengan hal itu, pihaknya mengaku sudah menyiapkan strategi agar masyarakat di wilayah terpencil dapat terlayani dengan baik. Salah satunya dengan rencana penggunaan armada pesawat baru dengan kapasitas yang lebih besar.

Warga terisolasi

Kasus kelangkaan terhadap komoditas kebutuhan pokok di daerah tersebut bukan kali ini saja terjadi.

Warga di daerah tersebut diketahui sudah merasa terisolasi cukup lama akibat infrastruktur transportasi yang tidak memadai.

"Sekarang semua sulit, jalanan hancur karena musim hujan. Kita susah dapat kebutuhan pokok, ini lagi nambah satu masalah lagi, BBM langka. Tiap hari masyarakat antre sampai panjang sekali antrean," ujar Salah satu tokoh masyarakat adat Dayak Lundayeh, sekaligus anggota DPRD Nunukan daerah pemilihan Krayan, Welson.

Kondisi yang dialami warga tersebut semakin diperparah sejak Malaysia menerapkan kebijakan lockdown akibat Covid-19.

Pasalnya, barang kebutuhan pokok warga selama ini mengandalkan pasokan dari negara tetangga tersebut.

Akibat kondisi itu, harga sejumlah komoditas naik drastis. Misalnya untuk satu sak semen dari sebelumnya Rp 300.000 kini dibanderol Rp 1,8 juta per sak. Harga gas LPG 14 kg dari sebelumnya Rp 300.000 kini menjadi Rp 1,5 juta dan gula pasir dari Rp 13.000 per kg kini naik menjadi Rp 40.000 per kg.

"Beginilah Krayan, kita berharap keadaan berangsur membaik, apalagi sudah dekat hari raya Natal, semoga segera ada solusi," katanya.

Penulis : Kontributor Nunukan, Ahmad Zulfiqor | Editor : Aprillia Ika

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com