Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Regina dan Harapan yang Hilang sejak Sang Anak Sulung Berpulang...

Kompas.com - 16/12/2020, 10:30 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Regina Deta Karere (38) mengaku tak ada harapan lagi setelah putra sulungnya, Dominggus Japa Loka (17), meninggal dunia pada Kamis (10/12/2020).

Regina tercatat sebagai warga Kampung Rada Loko, Desa Mali lha, Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.

Selama delapan tahun, Regita merawat Dominggus yang lumpuh tanpa sebab. Sementara anak keduanya, Ferdianus Bali Mema (15), juga tak bisa berjalan sejak tiga bulan terakhir.

Regita mengasuh kedua anaknya seorang diri sejak sang suami pergi tujuh tahun yang lalu.

"Karena anak saya sudah meninggal begitu. (Saya) selalu ingat sama dia. Saya kepikiran setiap hari. Hidup ini tidak ada harapan lagi," kata Regina saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/12/2020).

Baca juga: Derita Regina, 2 Anaknya Menderita Gizi Buruk, Makan Hanya Sekali Sehari dan Tinggal di Gubuk

Gubuk nyaris tak berdinding

Rumah milik Regina Deta Karere di Kampung Rada Loko, Desa Mali Iha, Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (6/12/2020) sore.KOMPAS.com/IGNASIUS SARA Rumah milik Regina Deta Karere di Kampung Rada Loko, Desa Mali Iha, Kecamatan Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (6/12/2020) sore.
Regina dan anak-anaknya tinggal di sebuah gubuk reyot dari bambu dan beratapkan alang berukuran 4x5 meter.

Gubuk tersebut nyaris tak memiliki dinding. Hanya ada beberapa lembar papan berukuran kecil yang lapuk ditempel menjadi dinding darurat.

Di beberapa bagian lain, Regina menggantungkan kain sebagai pengganti dinding rumah.

Untuk tidur, Regina dan dua anaknya tidur beralaskan bambu dalam kelambu sehingga kedinginan saat malam. Saat hujan, gubuk mereka bocor karena bagian atapnya rusak.

Baca juga: Putra Sulung yang 8 Tahun Lumpuh Meninggal, Regina: Hidup Ini Tidak Ada Harapan Lagi...

"Bocor. Itu kalau hujan, basah. Rasa dingin. Pokoknya tidak nyaman kalau hujan pada malam. Tidak bisa keluar dari rumah lagi. Tetap bertahan untuk tidur," papar Regina.

Untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, Regina bekerja di kebun dan menenun kain. Selain itu, ia memelihara ayam meskipun jumlahnya tak banyak.

Regina tak bisa berbahasa Indonesia. Dibantu penerjemah, Lukas Loghe Kaka (27), Regina bercerita bahwa anak pertamanya, Dominggus, mulai sakit-sakitan sejak umur 10 tahun.

Saat itu Dominggus masih kelas duduk di kelas 2 SD.

Baca juga: Kisah Regina, Tinggal di Gubuk Reyot Tak Layak Huni dan 2 Anaknya Lumpuh

Regina Deta Karere (duduk) sedang meratap di depan jenazah putra sulungnya, Dominggus Japa Loka (17) yang meninggal akibat gizi buruk kritis di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar pada Kamis (10/12/2020).KOMPAS.com/DOKUMEN PRIBADI YOHANES MAHEMBA Regina Deta Karere (duduk) sedang meratap di depan jenazah putra sulungnya, Dominggus Japa Loka (17) yang meninggal akibat gizi buruk kritis di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar pada Kamis (10/12/2020).
Menurut dia, beberapa bulan setelah jatuh dari sepeda, Dominggus merasakan kedua telapak tangannya gatal selama tiga bulan.

Setelah itu ia tak bisa berjalan dan selama delapan tahun lumpuh hingga meninggal dunia pada Kamis (10/12/2020).

Kelumpuhan membuat badan Dominggus sangat kurus dan tinggal kulit pembungkus tulang.

Regina mengaku pernah membawa anak sulungnya ke Weetabula, tetapi tak ada pemeriksaan

Baca juga: Putra Pertama Lumpuh 8 Tahun Tanpa Sebab, Tiba-tiba Anak Kedua Juga Tak Bisa Berjalan

Selain itu, Dominggus juga tak pernah dibawa ke puskesmas sehingga tidak ada diagnosis dari otoritas medis terkait penyakit yang diderita Dominggus.

Sementara adik Dominggus, Ferdianus Bali Mema yang lumpuh sejak tiga bulan lalu, kini dirawat di RS Karitas Weetabula, Sumba Barat Daya.

Seperti sang kakak, Ferdianus juga tiba-tiba lumpuh dan tidak bisa berjalan.

"Tiba-tiba saja dia tidak bisa jalan begitu," ujar Regina.

Baca juga: Cerita Nenek Lumpuh di Pematangsiantar Pasrah Tenggelam Saat Banjir

Makan sehari sekali karena tak punya uang

Regina Deta Karere dan anak sulungnya, Dominggus Japa Loka.KOMPAS.com/IGNASIUS SARA Regina Deta Karere dan anak sulungnya, Dominggus Japa Loka.
Regina bercerita selama bertahun-tahun ia dan dua anaknya hanya makan sekali dalam sehari. Mereka terbuasa menggunakan lauk daun singkong.

Hal tersebut ia lakukan karena tak punya uang untuk memenuhi kebutuhan harian.

Ia menyebut persediaan beras di dapur tak cukup untuk makan tiga kali sehari.

"Sekali saja, (makan) siang. Itu saja. Malam (dan pagi) tidak ada lagi. Kalau lauknya daun ubi (singkong)," ujar Regina kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Senin (14/12/2020)

Baca juga: Derita Fransiskus, Bocah 7 Tahun yang Lumpuh dan Terbaring Lemas di Kereta Bayi

Di gubuk tersebut, Regina tak memiliki banyak barang. Ia hanya memiliki satu periuk yang digunakan untuk memasak nasi dan sayur.

Selain itu, mereka juga hanya memiliki piring, gelas, dan sendok sebanyak tiga buah untuk anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut.

"Piring cuma untuk kami bertiga yang tinggal di rumah. Terus gelas, sendok, cuma untuk kami bertiga," ujar Regina.

Baca juga: Terima Kasih Pembaca Kompas.com, Koestomo Kini Punya Modal Usaha Hidupi Anaknya yang Lumpuh

Menderita gizi buruk, meninggal di Denpasar

Ilustrasi rumah sakitSHUTTERSTOCK Ilustrasi rumah sakit
Sementara itu, salah satu kerabat, Lukas Loghe Kaka (27), mengatakan, Dominggus meninggal di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, sekitar pukul 02.00 Wita.

Menurut Lukas, ada pihak yang membantu biaya perjalanan dan pengobatan Dominggus di Bali.

Namun, Dominggus meninggal setelah beberapa jam berada di ruang perawatan rumah sakit.

"Kan masuknya sore. Malamnya sudah meninggal," kata Lukas saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/12/2020).

Baca juga: Seorang Penderita Covid-19 Buta dan Lumpuh setelah Digigit Ular Kobra Hitam

Lukas menjelaskan, dokter memeriksa dan mendiagnosis Dominggus menderita gizi buruk kronis.

Nyawa Dominggus tak bisa diselamatkan karena tak pernah mendapat pertolongan medis selama ini.

Saat ini, jenazah Dominggus disemayamkan di rumah pamannya karena rumah Regina tak bisa menampung para pelayat.

Berdasarkan kesepakatan keluarga, Dominggus akan dikuburkan di Kampung Rada Loko pada Kamis (17/12/2020).

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ignasius Sara | Editor : Dheri Agriesta, David Oliver Purba)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com