Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DBD di Kulon Progo Sepanjang 2020 Capai 340 Kasus, 3 Orang Meninggal Dunia

Kompas.com - 15/12/2020, 20:31 WIB
Dani Julius Zebua,
Dony Aprian

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Kasus demam berdarah dengeu (DBD) meningkat pesat di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sepanjang 2020, ada 340 kasus DBD atau meningkat 15 persen dibanding tahun lalu.

Selain itu, angka kematian akibat DBD juga meningkat tiga kasus.

“Tiga kasus kematian di 2020. Sedangkan kematian terakhir terjadi di 2017 dengan satu kasus,” kata Kepala Bidang Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan, Kulon Progo, Baning Rahayujati di kantornya, Selasa (15/12/2020).

Baca juga: 954 Warga Gunungkidul Terjangkit DBD Selama 2020, Termasuk Bupati

Dikatakan Baning, kasus DBD meningkat seiring dengan datangnya musim hujan.

 

Kebanyakan penderita merupakan warga padat dan rumah berdekatan, seperti di Kapanewon (kecamatan) Wates, Nanggulan, Lendah dan Pengasih.

Begitu pula dengan kasus kematian yang menyerang dua anak berusia 11 tahun dan satu anak berusia 13 tahun.

“Semua (kasus kematian) asal Wates. Satu anak di bulan September, satu di Oktober dan satu di November,” kata Baning.

Baca juga: 12 Orang Meninggal Dunia, Kasus DBD di Jambi Meningkat

Berkaca dari kasus itu, pihaknya telah menerbitkan surat edaran untuk puskesmas agar menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk lewat juru pemantau jentik (Jumantik).

“Prinsipnya di rumah tidak ada lagi sarang nyamuk,” kata Baning.

Menurut dia, nyamuk Aedes Aegypti senang bersarang dan bertelur pada genangan air yang jernih, suka bersembunyi di sudut rumah yang minim cahaya, dan aktif di pagi dan sore hari.

Gigitan nyamuk membawa virus dengeu menyebabkan penyakit yang penderitanya akan mengalami tiga fase.

Fase pertama disebut fase demam sekitar 40 derajat celsius di hari 1-3. Fase kedua adalah fase kritis yang terjadi antara hari ketiga hingga kelima, di mana ditandai dengan demam yang mereda.

Dalam fase ini, penderita memasuki masa risiko tertinggi dari DBD.

Keterlambatan penanganan di fase ini bisa menyebabkan kematian mendadak pada penderita.

Fase pemulihan terjadi di hari 6-7. Di fase ini, penderita berangsur membaik.

Karena itu, Baning berharap masyarakat juga waspadai DBD di tengah pandemi Covid-19.

Sebab, kasus kematian karena DBD cenderung lebih tinggi pada anak.

“Masyarakat mesti waspada dan memperhatikan pola penyakit DBD itu memiliki siklus pelana kuda,” kata Baning.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com