Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Kampong Reklamasi Selinsing, Lahan Bekas Tambang yang Jadi Objek Wisata

Kompas.com - 12/12/2020, 14:14 WIB
Heru Dahnur ,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BELITUNG TIMUR, KOMPAS.com - Alternatif wisata darat di Belitung Timur, Kepulauan Bangka Belitung, kini semakin beragam.

Selain rumah keong dan sekolah laskar pelangi yang melegenda, juga ada destinasi agrowisata di Dusun Selumar, Desa Selinsing.

Destinasi yang dibangun di atas lahan bekas tambang seluas 17 hektare itu berjarak sekitar 75 kilometer dari Bandara Hanandjoeddin, Tanjung Pandan.

Diberi nama Kampong Reklamasi Selinsing, kawasan ini diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi desa.

"Sejak 2014 di sini tidak lagi eksplorasi timah. Kemudian lahan ini mulai disiapkan untuk agrowisata," kata Kepala Desa Selinsing, Harianto saat berbincang dengan Kompas.com, Jumat (11/12/2020).

Baca juga: Dedi Mulyadi: Nelayan Bangka Menangis dan Bingung Harus Mengadu ke Mana Lagi

Harianto menuturkan, lahan yang dulunya berupa gundukan pasir secara bertahap mulai dirapikan.

Lanskap perbukitan dan bentangan telaga dipadukan dengan berbagai jenis tanaman.

Ada tanaman buah seperti durian, mangga, jambu mete, nangka dan buah naga.

Kemudian ada beberapa jenis pohon yang ikut dilestarikan. Di antaranya pohon bulian, gaharu, dungun dan bambu kuning.

Kampong Reklamasi Selinsing juga dilengkapi gazebo dan dataran untuk camping ground.

Udara segar dengan pemandangan hijau pepohonan bakal memanjakan dan menghilangkan stres para pengunjung.

Kantin dengan hidangan kuah kepala ikan dan kopi khas Belitung pun disiapkan bagi para pecinta kuliner.

"Semua aset ini akan dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Kami perkirakan pada 2021 nanti atau setelah Covid-19 mereda, pengunjung dikenai tarif masuk Rp 2.000," ujar Harianto.

Saat ini, masyarakat setempat sudah mulai mengusahakan keramba apung. Saat peresmian yang difasilitasi PT Timah Tbk juga dilakukan penebaran bibit ikan nila dan penandatanganan prasasti program reklamasi berkelanjutan.

"Kami bersyukur karena tambang darat ini bisa direklamasi untuk tujuan wisata. Semua proses pembangunan melibatkan masyarakat setempat," beber Harianto.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com