BANDUNG, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Elfien Goentoro mengatakan, produksi awal pesawat N219 adalah 4 unit per tahun dengan menggunakan kapasitas produksi yang tersedia.
Namun pihaknya akan menambah fasilitas produksi dengan sistem otomasi pada perakitan.
Dengan cara ini, secara bertahap, kemampuan delivery akan terus meningkat sesuai kebutuhan pasar.
"Produksi pesawat N219 dimulai dari 4 pesawat per tahun. Tapi untuk memenuhi market share akan dilakukan upgrading fasilitas produksi dengan sistem otomasi," ucap Elfien dalam rilis yang diterima Kompas.com, Sabtu (12/12/2020).
Elfien mengungkapkan, pesawat N219 secara khusus dirancang untuk dapat mendukung program jembatan udara.
Baca juga: Hari Ini 2 Tahun Lalu, Pesawat N219 Nurtanio Uji Coba Terbang Perdana
Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden No 70 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang dari dan ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar dan Perbatasan.
Karena itulah, pesawat N219 dapat menjangkau daerah dengan kondisi georafis berbukit-bukit dengan landasan pendek dan tidak dipersiapkan.
Pesawat N219 hasil kerja sama PTDI dan Lapan ini telah melakukan uji terbang perdana dan pada 10 November 2017 bertepatan dengan Hari Pahlawan dan diberi nama Nurtanio oleh Presiden Joko Widodo.
Saat ini N219 sudah mendekati tahap akhir pengujian untuk mendapatkan type certificated dari DKPPU Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Prof Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan, N219 merupakan capaian pertama PT DI sebagai full integrator.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan