Misalnya ada pembangunan di daerah penghasil jati. Bahan bangunannya bisa kayu jati dari daerah itu. Lalu jika pembangunan di daerah penghasil bambu terbaik, ya pembangunnnya bisa dari bambu.
Misalnya, kata Dedi, membangun kantor pemerintah bisa dari jati atau bambu. Jangan ada kejadian bangunan jadi mahal karena biaya angkut. Harus angkut pasir melewati danau. Angkut semen melewati bukit. Akibatnya dari itu kualitas, pembangunan tak sesuai dengan harapan karena harga perencanaan mahal dan biaya pembangunannya tinggi.
"Akhirnya tidak kuat lama. Lihat puskesmas di berbagai daerah pelosok, dan kemudian pembangunannya tidak sesuai dengan karakter lingkungan," jelasnya.
Baca juga: Bansos Covid-19 Dikorupsi, Warga: Sekelas Menteri Mengambil Hak Rakyat...
Menurut Dedi, pola pikir seperti ini harus diubah karena pemerintah juga harus ikut mengembangkan kearifan lokal.
"Jadi kearifan lokal itu jangan hanya dipahami sebagai kesenian. Kearifan lokal itu adalah memahami seluruh tata nilai di lingkungan yang itu melahirkan daya kreativitas dan kualitas hidup," tandas Dedi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.