Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sembuh Lawan Covid-19, Dokter Sriyanto Berharap Terapi Plasma Konvalesen Digencarkan (3)

Kompas.com - 07/12/2020, 20:50 WIB
Muhlis Al Alawi,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Satu pendonor untuk lima pasien positif Covid-19

Satu pasien Covid-19 sembuh dapat mendonorkan ke lima pasien yang sakit.

Teknisnya satu kali dalam sebulan satu pasien sembuh dapat mendonorkan plasmanya ke orang lain.

“Kalau bulan ini semisal saya diambil 400 cc. Maka bulan depan saya dapat diambil lagi 400 cc. Maksimal lima kali dalam lima bulan” kata Sriyanto.

Bila satu pasien sembuh dapat mendonor plasma bagi lima pasien sakit maka ia optimistis angka kematian Covid-19 di Indonesia akan turun drastis.

Baca juga: Ganjar Minta Penyintas yang Sembuh dari Covid-19 Donorkan Plasma Darah

Hanya saja, hal itu akan terwujud atas kemauan pemerintah dengan membujuk, mendatangi seluruh pasien sembuh untuk mau donor plasma.

“Semisal pasien yang sembuh itu dijemput di rumahnya kemudian dibawa ke PMI atau rumah sakit untuk menjadi pendonor plasma. Kemudian dikasih makan. Tidak dikasih uang pun mereka senang. Yang penting jangan suruh datang sendiri,” tandas Sriyanto.

Untuk menjadi pendonor plasma harus memenuhi syarat. Bisa jadi dari 100 orang yang bisa menjadi pendonor sekitar sepuluh persen atau 10 orang.

Kendati demikian hal itu tidak masalah, karena pasien sembuh sudah banyak.

Semisal 100.000 pendonor setelah diperiksa 10.000 yang layak donor maka bisa memberikan donor plasmanya kepada 50.000 kantong.

“Bisa menyelamatkan banyak jiwa. Tetapi diberikan harus lebih awal. Jangan nunggu sesak baru diberi,” kata Sriyanto.

Baca juga: Mengenal Terapi Plasma Konvalesen untuk Penderita Covid-19, Bagaimana Cara Kerjanya?

Pemberian plasma bisa dilakukan di fasilitas kesehatan setingkat puskesmas. Hanya saja untuk pengolahan plasma harus dilakukan di PMI besar.

Semisal PMI di kabupaten mau mengolah dapat membeli alatnya seharga Rp 1 miliar-an. Bila memiliki alat ini bisa digunakan untuk penanganan wabah.

“Saat wabah flu burung juga menggunakan model plasma. Dan konsep ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu,” demikian Sriyanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com