Tapi di sungai belakang rumah sudah tidak ada anak ikan
Airnya bau dan hitam
Tak ada lagi masa depan di sungai kami
Aku tidak punya sepeda dan tidak bisa makan ikan
Sungai sudah mati,
Hutan gentayangan bersama debu beracun sepanjang jalan
Aku tidak bisa makan ikan
Sebab aku dan ikan tidak bisa berenang di sungai yang tercemar
Aku tidak punya sepeda, padahal jalan ke sekolah sangat jauh
Sejauh mulut tambang yang makin gaduh
Puisi yang berjudul Sepada, Ikan dan Batu Bara dikutkan lomba puisi dan cerpen yang diselenggarakan LSM ligkungan Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER) pada periode 15 Juli 2020-15 September 2020.
Tema lomba cipta puisi tersebut adalah Daya Rusak Pertambangan Batu Bara dan PLTU bagi Kehidupan.
Menurut Nila Ertina, salah satu juri lomba, puisi karya Wahyu berhasil meraih juara dua dari total 33 peserta.
"Tema puisi waktu itu diangkat soal ‘Daya Rusak Pertambangan Batubara dan PLTU bagi kehidupan’. Memang Wahyu adalah salah satu peserta yang berhasil mendapatkan juara ke-2,"kata Nila, Sabtu (5/12/2020).
Baca juga: Demo di PLTU Paiton, Aktivis Lingkungan Menduga Tumpahan Batu Bara Rusak Ekosistem Laut
Ia mengatakan, puisi yang ditulis Wahyu memenuhi kriteria kaidah, majas, rima, diksi dan kreativitas berbahasa.