Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Losmen Puri, Penginapan Tua di Denpasar yang Masih Bertahan

Kompas.com - 05/12/2020, 06:07 WIB
Kontributor Banyuwangi, Imam Rosidin,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

DENPASAR, KOMPAS.com - Sebuah losmen tua "Losmen Puri" masih berdiri kokoh di Jalan Arjuna Nomor 3, Dauh Puri Kaja, Denpasar Utara, Bali.

Sempat menjadi primadona di era 1990-an, losmen ini tak lagi menjadi pilihan utama warga dari luar Bali.

Gencarnya pembangunan penginapan atau hotel modern semakin membuat losmen ini terpinggirkan.

Meski begitu, pengelola penginapan berjanji terus mempertahankan tempat penginapan "legendaris" itu lengkap dengan arsitekur tua yang telah jadi identitasnya.

Losmen ini terletak tak jauh dari Kantor Wali Kota Denpasar, sekitar tiga menit dengan berjalan kaki.

Losmen ini masih masuk dalam kawasan heritage terkenal di Kota Denpasar, Jalan Gajahmada.

Pada Rabu (2/12/2020), Kompas.com mengunjungi losmen yang telah berusia sekitar 65 tahun ini.

Baca juga: Perjuangan Dokter Ririn Rawat Pasien Covid-19: Lihat Pasien Sembuh, Itu Sebuah Kepuasan...

Bagian depan losmen masih terlihat seperti bangunan asli saat pertama dibangun. Cat putih dan merah terlihat pudar dengan tulisan 'Losmen Puri' tepat di atas jendela.

Pada sejumlah titik, tembok bangunan itu terlihat berjamur. Seolah cat bangunan itu sudah lama tak diperbaiki.

Kusen pintu dan jendela juga terlihat sama, ukurannya tinggi dan lebar, berwarna coklat tua dengan kaca tembus pandang.

Losmen ini merupakan bangunan dua lantai. Saat masuk, langsung bertemu lobi yang memiliki desain asli seperti dulu.

Perabotan yang dipakai pun cukup tua. Lantai bawah menggunakan tegel dan lantai dua menggunakan kayu.

 

Lobi Losmen PuriKompas.com/ Imam Rosidin Lobi Losmen Puri
Tangga menuju lantai dua juga berbahan kayu. Di kamar tamu, tersedia dua ranjang tua yang terbuat dari besi.

Kemudian lemari tua berbahan kayu jati khas dengan pintu kaca dan ukiran di pinggir-pinggirnya.

Pengelola Losmen Puri, Anak Agung Ngurah Mahkota (56) mengatakan losmen ini diresmikan pada 1955.

Menurutnya, losmen ini salah satu penginapan yang pertama dibangun di Denpasar, Bali. Bangunan itu dibangun ayahnya, AA Ngurah Alit dari Puri Langon Denpasar.

Ayahnya membangun losmen ini setelah kerap kali mengunjungi Pulau Jawa untuk keperluan niaga bumbu dapur.

Baca juga: 238 Mahasiswa yang Positif Covid-19 Dikarantina di Asrama, Poltrada Bali: Fasilitasnya Memadai

Di sejumlah kota di Jawa, ayahnya menjumpai losmen atau penginapan untuk para pedagang.

"Itu bapak dapat ide karena saat itu sering ke Jawa. Nah bikin lah penginapan ini tahun 1955 peresmian. Saat itu harga menginap Rp 15 tiap malam," katanya di saat ditemui di Losmen Puri.

Ia mengatakan tak berani merenovasi besar-besaran losmen yang dikelolanya. Hal ini merupakan wasiat orangtuanya yang meninggal pada 2013.

"Ini memang orangtua berpesan losmen jangan diapa-apakan. Ya sampai sekarang (sama) meski hasilnya enggak seberapa," kata dia.

 

Kamar tidur Losmen PuriKompas.com/ Imam Rosidin Kamar tidur Losmen Puri
Ia hanya berani melakukan renovasi kecil, seperti menambal kebocoran genteng. 

Dikunjungi pedagang

Menurut Mahkota, pelanggan setia losmen itu sebagian besar para pedagang. Dulu, bali memang belum terkenal sebagai destinasi wisata.

Sebagian besar yang datang ke Denpasar adalah pedagang.

Hal itu bertahan sampai sekarang. Sebagian besar langganannya merupakan satu keluarga yang turun temurun menginap di losmen ini ketika berkunjung ke Pulau Dewata.

"Turun temurun, jadi kita tak pernah promosi atau apa. Kalau datang ke Terminal Ubung cari Losmen Puri, sudah tahu tukang ojek itu," katanya.

Baca juga: 9 Tips Aman Road Trip Naik Mobil Pribadi ke Bali

Kini, Losmen Puri memiliki 17 kamar. Tarif menginap untuk satu malam sebear Rp 50.000. Dengan tarif itu, pelanggan juga mendapat kopi pada pagi hari.

Rata-rata, tamu yang menginap di losmen ini tinggal cukup lama, satu hingga tiga bulan.

Mereka baru keluar losmen jika dagangannya sudah habis dan harus kembali ke kampung halaman.

Saat pandemi Covid-19 seperti ini, Mahkota mengatakan sehari biasanya ada tiga orang yang menginap.

 

Lantai dua Losmen PuriKompas.com/ Imam Rosidin Lantai dua Losmen Puri
Sementara sebelum pandemi di kisaran 6 hingga 10 tamu dalam sehari.

"Memang lebih banyak pengeluaran. Ini dipertahankan hanya biar tetap berdiri saja," kata dia.

Selain murah, tamu yang menginap mengaku tetap kembali ke losmen ini karena ketenangan dan arsitektur bangunan yang khas.

Losmen ini, kata Mahkota, selalu penuh tamu pada tahun 1990-an. Namun ia tak tahu persis kapan tamu yang menginap mulai surut.

Selain penginapan, losmen ini sering menjadi lokasi foto pre-wedding. Mahkota mematok harga sewa Rp 300.000 untuk sekali sesi foto.

Baca juga: Satu Tahun Hilang, Kemisan Rupanya Jalan Kaki 400 Km dari Kulon Progo ke Surabaya

"Biasanya tamu China dan Australia yang untuk prewedding," katanya.

Mahkota menambahkan, losmen ini merupakan salah satu langganan menginap pelukis kenamaan Indonesia, Affandi.

Ia menyaksikan hal ini saat masih kecil. 

Bahkan hal ini menginspirasinya untuk melukis dan menghasilkan sejumlah karya. Hal ini nampak dari sejumlah lukisannya yang dipajang di tembok-tembok losmen.

"Affandi menginap untuk tahunnya lupa, ya. Tapi bapak cerita dia ngelukis di sini (ruang tamu) dan kadang di belakang. Lempar-lempr cat dia jadi lukisan, kalau ke Bali dia pasti ke sini," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com