Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkunjung ke Desa Lembang Tonga yang Terusik Teror Ali Kolora di Sigi, Terpencil dan Tak Ada Konflik Agama

Kompas.com - 04/12/2020, 06:16 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Desa Lemban Tongoa yang berada di lembah Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah menjadi perhatian dunia sejak Jumat 27 November 2020.

Di desa yang bersebelahan dengan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) itulah empat orang warga tewas dibunuh, yang menurut polisi dilakukan oleh kelompok Mujahidin Indonesa Timur pimpinan Ali Kalora.

Untuk mencapai desa tersebut, diperlukan waktu sekitar dua jam berkendara dari Kota Palu melalui jalur tanjakan yang curam dan berbatu, serta sisi jurang yang dalam.

Akses kendaraan masuk ke dalam Desa Lemban Tongoa hanya bisa dilalui satu jalan akses kendaraan bermotor.

Baca juga: Sulitnya Aparat Buru Ali Kalora dkk di Tengah Kendala Geografis...

Pemantauan wartawan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Desa Lemban Tongoa sangat sepi setelah kejadian tragis tersebut.

Beberapa personel kepolisian tampak sesekali melintas untuk berpatroli menggunakan sepeda motor.

"Kami lebih memilih tinggal di dalam rumah. Kami masih merasa takut untuk keluar rumah setelah kejadian Jumat lalu," ungkap Deni, seorang warga Desa Lemban Tongoa yang sejak lahir sudah menetap di desa itu, pada Senin (30/11/2020).

Di dalam rumah, warga tidak banyak kegiatan. Di wilayah tersebut tidak tersedia jaringan internet. Pun untuk menelpon, warga harus mencari tempat yang agak tinggi.

Baca juga: Buru Kelompok MIT Pimpinan Ali Kalora, Kapolda Sulteng Berkantor di Poso

Tidak bisa pergi jauh

Desa Lemban Tongoa begitu sepi sejak insiden pembunuhan pada 28 November lalu.Eddy Junaedy Desa Lemban Tongoa begitu sepi sejak insiden pembunuhan pada 28 November lalu.
Pada Selasa (1/12/2020) pagi, warga mulai berkegiatan. Dengan menggunakan sepeda motor atau berjalan kaki, mereka menuju ke kebun atau ke sawah.

Akan tetapi, lokasi kebun atau sawah yang dituju relatif dekat.

"Kami hanya bisa ke kebun dekat kampung," ucap seorang petani yang enggan disebutkan namanya.

Menurut Kepala Desa Lemban Tongoa, Deki Basalulu, warga tidak dapat pergi ke kebun yang jauh pascapembunuhan. Mereka hanya bepergian sekitar 200 meter dari kampung, demi keselamatan.

"Saat ini warga diminta untuk menanam di lahan kosong yang berada di sekitar rumahnya untuk menambah penghasilan," ujar Deki.

Hal ini, menurutnya, dikeluhkan banyak warga lantaran penghasilan mereka menurun.

Baca juga: Jejak Ali Kalora, Pemimpin MIT yang Diduga Terlibat Teror di Sigi, Kerap Menyamar Jadi Warga Lokal

Tidak ada konflik agama

Warga desa tidak dapat pergi ke kebun yang jauh pascapembunuhan.Eddy Junaedy Warga desa tidak dapat pergi ke kebun yang jauh pascapembunuhan.
Lepas dari permasalahan itu, Deki menegaskan tidak ada konflik agama di daerahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com