Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Run Boy Run", Film Inspirasi Anak Pengidap HIV Menerima Takdirnya

Kompas.com - 02/12/2020, 07:30 WIB
Tri Purna Jaya,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

LAMPUNG, KOMPAS.com – Sebuah film pendek karya sineas Lampung memberikan inspirasi dan semangat bagi anak pengidap HIV.

Aryo (Aryo Imadudin Dzaki) merajuk di jendela kamar. Hari ini jadwalnya pergi ke rumah sakit untuk bertemu dokter dan mengambil obat antiretroviral (ARV).

Sang ayah, Ranu (Chicco Jerikho) membujuk Aryo untuk bersalin baju dan ikut ke rumah sakit.

“Ah, Emak aja yang sering berobat, meninggal juga kok,” kata Aryo.

Aryo, anak berusia 10 tahun ini terinfeksi HIV dari ibunya yang baru saja meninggal dunia karena TBC.

Baca juga: Kisah Rizti, 9 Tahun Dampingi Suami Pengidap HIV/AIDS, hingga Bangun Komunitas Pita Merah

Kehilangan ibu melemahkan semangat hidup Aryo, yang kemudian ingin “menyusul” sang ibu dengan cara tidak lagi mengonsumsi ARV.

“Ibu ini kan sakitnya beda, punya penyakit lain. Virus kita ini, bikin kita susah sembuh kalau kita kena penyakit yang lain. Jadi visus kita ini melemahkan kita. Jadi ayah ajak kamu berobat supaya kita kuat,” kata Ranu.

Film berjudul “Run Boy Run” ini lalu bergulir dengan Ranu yang berusaha membujuk Aryo dengan cara mengajaknya bermain kejar-kejaran di sepanjang Pulau Pahawang, pulau dimana keluarga mereka tinggal, dengan kesepakatan jika Aryo tertangkap, maka mereka akan pergi ke rumah sakit mengambil ARV.

Tidak ada adegan dramatis yang menggambarkan bagaimana Aryo merasa putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya di dalam film pendek berdurasi 22 menit tersebut.

Baca juga: Kesulitan ODHA di Tengah Pandemi Corona, Khawatir Terpapar Covid-19 Saat ke Rumah Sakit

Inspirasi dari anak rekan di Bandar Lampung

Sutradra “Run Boy Run” Agusta Hidayatullah (Aji) mengungkapkan, pengambilan gambar (shoot) dalam film ini memang sengaja untuk mengurangi overdramtisasi.

Beberapa pengambilan gambar itu diantaranya adegan (scene) saat Aryo berhasil naik ke kapal dan bersorak karena berhasil kabur.

“Kita nggak ingin penonton ‘merayakan’ bagaimana Aryo bisa kabur. Film ini ingin memberikan motivasi dan semangat bagi anak dan remaja penderita HIV/AIDS,” kata Aji saat dihubungi via Zoom Meeting, Selasa (1/12/2020).

 

Film produksi tahun 2018 ini sendiri berawal dari pengalaman pribadi Aji yang pernah melihat anak dari rekannya yang mengidap HIV di Bandar Lampung.

“Jadi anak kawan saya itu minum ARV, rutin, dipotong empat, karena tidak ada dosis yang sesuai dengan umurnya,” kata Aji.

Berangkat dari situ, Aji mengatakan, persoalan anak yang menderita HIV/AIDS ini adalah fakta yang tidak terbantahkan.

“Bukan hanya obat saja yang mereka butuhkan. Mereka butuh semangat, dorongan motivasi agar mampu menjalani hidupnya saat ini. Hal ini yang coba saya terjemahkan ke dalam film,” kata Aji.

Dengan tema yang sensitif ini, “Run Boy Run” pun berhasil world premiere Balinale di “Bali Internasional Film Festival” tahun 2018 lalu.

Aji mengatakan, film ini tidak ingin mendramatisasi HIV sebagai momok yang menyeramkan, atau hidup memang selalu tidak adil dan para penderita pantas untuk menyucurkan air mata.

“Ya jalani hidup saja dengan optimis,” kata Aji.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com