Film produksi tahun 2018 ini sendiri berawal dari pengalaman pribadi Aji yang pernah melihat anak dari rekannya yang mengidap HIV di Bandar Lampung.
“Jadi anak kawan saya itu minum ARV, rutin, dipotong empat, karena tidak ada dosis yang sesuai dengan umurnya,” kata Aji.
Berangkat dari situ, Aji mengatakan, persoalan anak yang menderita HIV/AIDS ini adalah fakta yang tidak terbantahkan.
“Bukan hanya obat saja yang mereka butuhkan. Mereka butuh semangat, dorongan motivasi agar mampu menjalani hidupnya saat ini. Hal ini yang coba saya terjemahkan ke dalam film,” kata Aji.
Dengan tema yang sensitif ini, “Run Boy Run” pun berhasil world premiere Balinale di “Bali Internasional Film Festival” tahun 2018 lalu.
Aji mengatakan, film ini tidak ingin mendramatisasi HIV sebagai momok yang menyeramkan, atau hidup memang selalu tidak adil dan para penderita pantas untuk menyucurkan air mata.
“Ya jalani hidup saja dengan optimis,” kata Aji.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.