Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Rumah Singgah Anak Penderita Kanker di Aceh, Saat Pasien Layaknya Keluarga

Kompas.com - 01/12/2020, 15:26 WIB
Raja Umar,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Untuk membantu meringankan beban keluarga anak penderita kanker dan berbagai penyakit kronis lainnya di Aceh, Ratna Elia bersama sejulamlah relawan peduli anak mendirikan rumah singgah yang diberinama Cfour.

Rumah ini sebagai tempat tinggal sementara pasien anak saat mereka harus menjalani kemoterapi dan perawatan rutin di RSUZA Banda Aceh.  

“Rumah singgah ini kami dirikan sejak tahun 2014. Awalnya namanya komunitas peduli anak, kemudian kami ganti dengan Cfour,” kata Ratna Eliza kepada Kompas.com, Selasa (1/12/2020).

Baca juga: Aceh Segera Terbitkan Qanun soal Haji dan Umrah, Apa Saja Isinya?

Ratna Eliza bersama sejumlah relawan peduli anak lainnya di Banda Aceh mendirikan komunitas Cfour itu karena panggilan hati.

Mereka juga terdorong naluri sebagai seorang ibu yang harus selalu mendampingi dan merawat buah hatinya.

Apalagi, umumnya pasien anak penderita kanker di Aceh berasal dari keluarga kurang mampu.

“Sebagai seorang ibu, saya bisa merasakan bagaimana beban ibu dan keluarga anak penderita kanker, sehingga saya bersama sejumlah relawan penduli anak mendirikan rumah singgah Cfour untuk tempat tinggal sementara pasien anak penderita kanker dan keluarga saat menjalani perawatan di RSUZA Banda Aceh,” kata dia.

Baca juga: Menguji Tuah Prabowo di Pilkada Sumatera Barat

Meski Cfour hingga saat ini tidak memiliki donatur tetap, Ratna bersama sejumlah relawan lainnya telah berhasil mengontrak sebuah rumah yang berada di Jalan Sepat, Lamprit, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.

“Rumah singgah memiliki delapan kamar. Kami menampung khusus pasien anak penderita kanker dan penyakit lainnya. Di rumah singggah Cfour, pasien anak dapat menggunakan seluruh fasilitas yang tersedia seperti di rumah sendiri,” ujar Ratna.

Ratna menyebutkan, sejak didirikan pada 2014 lalu, Cfour telah berhasil menampung dan mendapingi 300 lebih pasien anak penderita kanker dan penyakit lainnya yang berasal dari seluruh kabupaten/kota di Aceh,

”Sekarang Cfour juga memiliki 15 orang relawan,” kata dia.

Untuk kebutuhan pasien anak penderita kanker dan operasional rumah singgah Cfour, selama ini seluruhnya berasal dari sumbangan para dermawan.

Ratna bersama relawan Cfour selalu yakin pengabdian untuk saling membantu akan memberikan kemudahan dalam mengatasi kesulitan. 

“Hanya Allah donatur tetap kami, tapi alhamdulilah selama ini kebutuhan anak pasien kanker dan operasional rumah singgah Cfour terus ada yang bantu. Kami tidak pernah mengajukan atau buat proposal, paling kami setiap kegiatan anak kanker kami publish di akun medsos. Selama ini orang tahu Cfour dari status medsos kami,” ujarnya.

 

Pasien seperti di rumah dan keluarga sendiri

Sementara itu, Hamidah (54) warga asal Kabupaten Pidie mengaku sangat terbantu selama ada rumah singgah Cfour di Banda Aceh.

Selama ini, dia bersama cucunya Tahta (12) yang menderita penyakit kanker bisa tinggal di rumah singgah saat menjalani perawatan kemoterapi rutin setiap bulan di RSUZA Banda Aceh. 

“Selama ada rumah singgah saya sangat terbantu, karena cucu saya harus kemoterapi setiap bulan, biasanya sampai tiga hari di Banda Aceh baru bisa pulang. Jadi sekarang sudah enak kami bisa tinggal di rumah singgah bersama keluarga pasien kanker lainnya, sudah seperti keluarga sendiri,” kata dia.

Hamidah menyebutkan, selama mereka di rumah singgah, Cfour juga menyediakan beras dan berbagai bahan bumbu dapur yang dapat meraka masak sendiri sesuai dengan kebutuhan layaknya di rumah sendiri.

“Di rumah singgah selalu ada disediakan beras, lauk dan berbagai bumbu dapur. Kami bisa masak sendiri sesuai seperti di rumah sendiri,” kata dia.

Hamidah yang sudah 4 tahun tinggal di rumah Cfour mengaku juga sering dibantu biaya transportasi saat mereka harus datang ke Banda Aceh.

Bahkan, biaya di laboratorium dan obat yang tidak ditanggung oleh jaminan sosial juga sering dibantu oleh Cfour.

“Saat kami tidak ada uang transportasi ke Banda Aceh, Ibu Ratna yang kasih, biaya lab dan obat juga. Dulu sebelum ada rumah singgah kami tinggal dan tidur di depan IGD, hidup kami tidak menentu. Bahkan saat pertama saya bawa cucu ke RSUZA, 6 bulan kami tidur di depan IGD,” ucap Hamidah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com