Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemuda dan Mangrove, Upaya Penanggulangan Abrasi Pantai di Mempawah

Kompas.com - 01/12/2020, 14:27 WIB
Hendra Cipta,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Pelopor kampanye penyelamatan

Maka dari itu, setelah 9 tahun, seluruh kegiatan fokus pada penanaman, Fajar mencanangkan, mulai tahun depan, kegiatan tidak hanya menanam tapi membuat produk turunan. Selain itu, dalam 10 tahun ke depan, Fajar juga akan meregenerasi organisasi.

“Masyarakat sekitar harus diberdayakan. Tapi dimulai dengan mengubah pola pikir,” terang Fajar.

Jika dulu, masyarakat masih beranggapan, pemanfaatan mangrove hanya dengan menebang pohonnya untuk dijadikan kayu bakar. Namun bini banyak yang telah sadar, karena hutan mangrove memiliki manfaat nyata yang dirasakan masyarakat sekitar.

Hal itu juga ditandai dengan semakin antusiasnya relawan-relawan mangrove dari berbagai komunitas untuk terlibat dalam setiap kegiatan.

Baca juga: Banjir Rob Terjang Pesisir Pantai Kenjeran, Surabaya, 59 Perahu Nelayan Rusak

Fajar berharap, Kabupaten Mempawah bisa menjadi pelopor, bukan cuma soal kampanye penyelamatan mangrove, tapi juga pengembangan budi daya madu, kepiting, dan udang.

Namun rencana ini masih perlu eksplorasi dan edukasi, belum menjadi bagian strategi utama. Walau peluang untuk menindaklanjutinya sangat terbuka, jika masyarakat fokus dan serius.

“Walaupun perjalanannya terseok-seok. Sekarang kita tinggal menjaga dan melanjutkan. Bahwa kampanye mangrove itu terus digalakkan, kendati di masa pandemi seperti ini,” tutup Fajar.

Memberdayakan pemuda desa

Matahari memang masih belum muncul di ufuk timur, Kamis (29/10/2020) pukul 04.30 WIB.  

Wawan dan belasan teman sebayanya, tampak antusias saat tiba di lokasi pembibitan mangrove yang berada tak jauh dari bibir pantai, Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat (Kalbar).

Terang saja, saat itu, mereka mendapat pesanan 1.000 bibit dari sebuah perusahaan swasta, yang tengah menjalankan program corporate social responsibility (CSR).

Dengan terengah-engah, dia bersama belasan temannya, memilih bibit-bibit terbaik dan siap untuk ditanam di kawasan konservasi dan ekowisata: Mempawah Mangrove Park (MMP).

Bagi Wawan dan belasan temannya, yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata--sebuah organiasi pemuda binaan Mempawah Mangrove Conservation, pesanan penanaman bibit tersebut memberikan dua manfaat sekaligus.

Pertama, mereka mendapat keuntungan dengan menjual bibit, kedua membantu mengembang-luaskan konservasi di Mempawah Mangrove Park (MMP) yang mereka kelola.   

“Kalau untuk umum, kami patok harga Rp 3.000 per bibit. Tapi biasanya ada yang nawar Rp 2.000,” kata Wawan, Ketua Kelompok Sadar Wisata.

Baca juga: Derita Nelayan di Pesisir Balikpapan, Area Tangkapan Terancam karena Industri

Pembibitan telah mereka tekuni sejak 2016. Dalam setahun, rata-rata menjual 15.000 bibit.

Membibit mangrove relatif tidak perlu penanganan khusus. Praktis, mereka hanya perlu menyiapkan polybag dan paranet.

Jenis yang dikembangkan di tahap awal adalah api-api atau Avicennia spp dan bakau atau Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa dan Rhizophora apiculata.

Api-api merupakan jenis yang cepat tumbuh, namun tidak kuat. Sementara bakau, lama tumbuh, tapi jika akarnya sudah menghujam tanah, jadi tidak mudah tumbang.

Karena itu, strategi penanaman adalah api-api lebih dulu, jika usianya cukup untuk melindungi, lalu disusul bakau.

Saat ini, mereka juga berupaya memperkaya vegetasi. Sedikitnya terdapat 12 jenis tanaman magrove yang dapat dijumpai di lokasi pembibitan.

Salah satunya Kandelia candel, yang merupakan jenis unik karena warga putih dan langka.  

Hanya terkadang mereka harus berburu biji dan buah mangrove yang akan dijadikan bibit ke tempat-tempat lain.

“Selain cari bakal bibit di dekat sini, kami juga cari ke hutan mangrove di Sungai Duri, Kabupaten Bengkayang dan di tempat-tempat lain,” ujar Wawan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com