Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemuda dan Mangrove, Upaya Penanggulangan Abrasi Pantai di Mempawah

Kompas.com - 01/12/2020, 14:27 WIB
Hendra Cipta,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Ancaman abrasi pantai

Muhammad Syukur, nelayan lainnya mengakui, saat ini sebagian besar pesisir pantai Mempawah sudah dipenuhi mangrove.

Kondisi ini, jauh berbeda dari sebelumnya. Dia mengisahkan, terkikisnya daratan oleh laut, khususnya di Desa Penibung, mulai terjadi akhir era 1980an.

Saat itu, Pulau Penibung perlahan mulai memisahkan diri dari daratan.

“Dulunya, Pulau Penibung ini menyatu dengan daratan. Ada jalan yang bisa langsung ke pulau. Dan akhirnya mulai pisah akhir 1980an, pertama-tama jalan ke pulau diputus oleh laut,” cerita Syukur.

Saat daratan dan pulau belum terpisah jauh, sempat dua kali dibangun jembatan dari daratan ke Pulau Penibung. Tapi kedua jembatan itu tak bertahan lama, karena abrasi semakin menjadi.

“Saat ini, jarak daratan ke Pulau Penibung sudah hampir 1 kilometer,” kata nelayan yang menyambi sebagai sekuriti ini.

Baca juga: Iriana Jokowi: Siapapun yang Merusak Hutan Bakau Harus Ditindak Tegas

Akibat parahnya abrasi itu, awal 1990, pemerintah harus memindahkan ratusan kepala keluarga di sejumlah desa terdampak abrasi.

Pada tahun yang sama pula, dipasang beton pemecah ombak pertama di Desa Penibung. Saat itu, akses Jalan Raya Pontianak-Kota Singkawang terancam putus akibat disapu ombak.

“Sepengetahuan saya, itu pemecah ombak pertama yang dipasang di Kabupaten Mempawah. Kalau saat itu tidak segera dipasang, maka jalan utama pasti putus tergerus ombak,” ucap Syukur.

Sebagaimana dikutip The Conversation, lebih dari setengah pantai berpasir di dunia berisiko hilang pada akhir abad ini jika tidak segera diambil langkah untuk membatasi emisi gas rumah kaca.

Temuan ini berasal dari sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan di Nature Climate Change.

Meski ada usaha lebih untuk mengatasi krisis iklim, di mana emisi global akan memuncak pada tahun 2040, sekitar sepertiga atau 37 persen dari pantai dunia akan tenggelam pada 2100.

Para peneliti telah menganalisis data satelit yang menggambarkan perubahan garis pantai sejak 1984 hingga 2016.

Kegiatan penanaman mangrove yang dilakukan sejumlah komunitas pemuda di Mempawah Mangrove Park, belum lama ini.Viktor Fidelis/WWF Indonesia Kegiatan penanaman mangrove yang dilakukan sejumlah komunitas pemuda di Mempawah Mangrove Park, belum lama ini.

Mereka menemukan sekitar seperempat dari pantai berpasir di seluruh dunia sudah tererosi dengan tingkat kerusakan 0,5 meter per tahun dan menyebabkan sekitar 28.000 kilometer persegi daratan ditelan laut.

Tingkat kenaikan permukaan air laut menunjukkan nilai mengkhawatirkan sekitar 0,1 milimeter per tahun, setiap tahun.

Namun, kenaikan permukaan air laut tidak akan terjadi merata di seluruh dunia. Istilah “permukaan laut” bisa menyesatkan karena ia tidak datar.

Baca juga: Luhut Tolak Tawaran Bank Dunia Bantu Sektor Kesehatan, tapi Minta untuk Rehabilitasi Mangrove

Sama seperti atmosfer, permukaan laut memiliki beberapa area dengan tekanan tinggi serta rendah, yang mampu menciptakan gelombang.

Beberapa gelombang ini terjadi karena arus laut yang kuat, sehingga perubahan dapat terjadi ketika laut yang menghangat juga mengubah topografi permukaan laut.

Beberapa area akan mengalami kenaikan lebih rendah dari prediksi rata-rata, namun sebagian besar akan lebih tinggi.

Tapi, perubahan iklim bukan menjadi satu-satunya faktor pendorong.

Aktivitas manusia ikut mempercepat erosi kawasan pesisir melalui tindakan penambangan pasir dalam kecepatan yang tidak bisa diimbangi alam.

Penambangan pasir dan kerikil dari sungai dan pantai untuk kemudian digunakan pada kegiatan konstruksi di beberapa kawasan lebih masif dibandingkan dengan penambangan minyak bumi.

Ekosistem pesisir yang mampu menangkap dan menyimpan sedimen, seperti hutan mangrove, juga ikut rusak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com