Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memburu Ali Kalora, Pimpinan MIT yang Terlibat Teror di Sigi, Operasi Rutin hingga Gunakan Thermal Drone

Kompas.com - 01/12/2020, 12:30 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Pemerintah dan Kepolisian memastikan akan tetap melaksanakan Operasi Tinombala untuk menangkap kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di tengah kritik sejumlah kalangan yang mempertanyakan efektivitas operasi itu.

Pengamat terorisme dan Koalisi Jaringan Masyarakat Sipil menilai aparat kepolisian harus mengubah strateginya setelah hampir lima tahun gagal menangkap Ali Kalora yang diyakini bersembunyi di pedalaman hutan Palolo, Sulawesi Tengah.

Masalah ini mengemuka menyusul pembunuhan empat warga di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, pekan lalu. Pihak berwenang memperkirakan MIT bertanggung jawab atas serangan itu.

Baca juga: Teror di Sigi, BNPT Sebut karena MIT Ali Kalora Kekurangan Logistik

Pengamat teroris, Ridlwan Habib, menyarankan pemerintah beserta aparat keamanan agar menggunakan strategi baru untuk menangkap Ali Kalora.

Berdasarkan pengamatannya, Operasi Tinombala telah berjalan hampir lima tahun tetapi belum berhasil menangkap pimpinan Mujahidin Indonesia Timur tersebut. Padahal berbagai cara sudah dilakukan.

"Pernah coba pakai thermal drone untuk memotret suhu panas tubuh. Ternyata ada kekeliruan. Karena suhu tubuh manusia mirip dengan mamalia seperti kera atau monyet, sehingga ketika mau menyerang dan didekati ternyata segerombolan monyet besar," ujar Ridlwan Habib kepada BBC News Indonesia, Minggu (29/11/2020).

Baca juga: Sekilas tentang Operasi Tinombala yang Bertugas Menumpas Kelompok MIT Ali Kalora

"Pernah dicoba pakai drone detector untuk mendeteksi gerak. Ternyata salah deteksi lagi," sambungnya.

Ridlwan berkata, Ali Kalora dan anggotanya yang diperkirakan berjumlah 11 orang diuntungkan secara geografis lantaran lokasi pergerakan mereka di pedalaman hutan yang sulit dijangkau orang.

Selain itu, kelompok tersebut juga tidak menggunakan telepon genggam untuk saling berkomunikasi sehingga sulit dilacak.

Baca juga: Teror di Sigi, BNPT Sebut karena MIT Ali Kalora Kekurangan Logistik

Tapi dari segi kekuatan, Ridlwan menilai, sudah tidak terlampau kuat.

"Jadi perlu ada perubahan metodologi operasi. Kalau sebelumnya Satgas Tinombala adalah metode yang operasinya patroli rutin dalam waktu tertentu. Ini harus diubah dengan pendekatan yang operasi militer."

"Siapkan tim khusus seperti Koopsus yang bisa digerakkan kapan saja."

Baca juga: Fakta Terkini Teror di Sigi, 7 Rumah Dibakar dan Soal Keterlibatan MIT Pimpinan Ali Kalora

'Setia kepada ISIS'

Tak hanya menewaskan empat orang anggota keluarga, enam rumah warga juga rusak karena dibakarDokumentasi Satgas Tinombal Tak hanya menewaskan empat orang anggota keluarga, enam rumah warga juga rusak karena dibakar
Sejauh pengamatannya, tindakan merampok bahan pangan dan membunuh warga setempat sudah dua kali dilakukan sepanjang tahun ini. Pada April lalu, seorang petani menjadi korban.

Aksi itu direkam oleh kelompok Ali Kalora dan disebarkan ke kelompok jihadis di Indonesia dan luar negeri.

Tujuannya untuk memberitahu kelompok teror di luar negeri tentang keberadaan mereka "dengan harapan akan mendapat bantuan logistik".

"Dan sebagai bukti mereka tetap setia kepada ISIS (kelompok yang menamakan diri Negara Islam)."

Karena itu baginya, tidak ada jalan lain selain menyiapkan pasukan khusus.

"Ini bukan kelompok yang bisa digalang dengan lunak. Mereka ini prinsipnya membunuh atau terbunuh. Dialog juga tidak bisa."

Baca juga: BNPT Sebut Teroris MIT Bunuh Keluarga di Sigi karena Tak Ingin Tinggalkan Jejak

'Utamakan pendekatan pidana untuk menangkap Ali Kalora'

Polisi memeriksa bangunan yang dibakar dalam serangan yang diduga dilakukan oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di Dusun Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (28/11/2020).ANTARA FOTO Polisi memeriksa bangunan yang dibakar dalam serangan yang diduga dilakukan oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di Dusun Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (28/11/2020).
Tapi di sisi lain, Koalisi Jaringan Masyarakat Sipil menyerukan ke kepolisian agar mengutamakan pendekatan pidana bukan militer untuk menangkap Ali Kalora.

Perwakilan koalisi dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Muhamad Isnur, meminta supaya peristiwa yang terjadi di Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi, "tidak dijadikan justifikasi untuk melakukan kekerasan baru terhadap sipil".

"Makanya kami sampaikan, ini ranah keamanan, hukum pidana yang mana kendalinya berada di bawah kepolisian," imbuh Isnur kepada BBC News Indonesia.

Pihaknya juga meminta pemerintah pusat dan pemda untuk melakukan pemulihan kepada warga setempat serta membangun kembali rumah yang dibakar.

"Jangan sampai warga jadi takut dan malah seperti tidak mendapat perlindungan."

Baca juga: Kutuk Aksi Teror di Sigi, Ketua MPR: Jangan Biarkan Negara Kalah oleh Kelompok Teroris

Apa strategi baru aparat keamanan?

Tak hanya menewaskan empat orang anggota keluarga, enam rumah warga juga rusak karena dibakarDokumentasi Satgas Tinombal Tak hanya menewaskan empat orang anggota keluarga, enam rumah warga juga rusak karena dibakar
Kapolda Sulawesi Tengah, Rakhman Baso, menyatakan belum ada rencana penambahan pasukan ataupun menerjunkan pasukan khusus untuk memburu Ali Kalora dan kelompoknya.

Kendati dia mengakui, perburuan pentolan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) itu terhambat kondisi geografis.

"Di sana memang karena luas sekali, gunungnya itu luas sekali. Yang jelas, selain luas, kemudian untuk kondisi geografisnya itu kan hutan dan berbukit-bukit, itu juga sehingga menyulitkan Satgas Tinombala dalam melakukan pencarian," tutur Kapolda Sulawesi Tengah, Rakhman Baso, dalam konferensi pers di rumah jabatan Kapolda Sulteng pada Minggu (29/11/2020) seperti yang dilaporkan BBC Indonesia.

Baca juga: Mengapresiasi Sikap Pemerintah terhadap Tragedi Sigi

Saat ini, katanya, tim gabungan Polri-TNI dalam Satgas Tinombala akan melakukan penyekatan di sekitar lokasi hutan Palolo, Kecamatan Sigi.

"Untuk strategi, itu kami tidak bisa ungkapkan, maaf ya," katanya.

Adapun mengenai senjata yang digunakan kelompok teror itu, menurut informasi polisi satu pucuk senjata laras panjang jenis M16, dan satu pucuk pistol.

Keberadaan mereka pun diduga semakin terdesak.

Baca juga: Teror di Sigi, Idham Azis Perintahkan Polisi Tembak Mati Anggota MIT apabila Melawan

"Kelompok itu saat ini sudah terdesak dan akhirnya terpecah. Saat ini, mereka itu kita prediksi akan mencari sasaran untuk melakukan amaliah."

Sementara di Dusun Lewonu Desa Lemba Ntongoa, kepolisian telah menempatkan anggotanya untuk melakukan pengamanan dan pemulihan psikis kepada para keluarga dan kerabat korban yang mengalami trauma.

"Kami juga telah berkoordinasi dengan Dinas Transmigrasi agar segera membangunkan kembali enam rumah warga yang terbakar itu, karena itu masuk daerah transmigrasi. Insya Allah satu minggu selesai rehabilitasi bangunannya."

Baca juga: Jokowi: Pemerintah Akan Beri Santunan Keluarga Korban Pembunuhan di Sigi

Minta masyarakat berhenti membantu kelompok Ali Kalora

Ali Kalora alias Ali Ahmad, sebelah kiri adalah foto lamanya, dan sebelah kanan adalah foto barunyaAFP Ali Kalora alias Ali Ahmad, sebelah kiri adalah foto lamanya, dan sebelah kanan adalah foto barunya
Komandan Korem (Danrem) 132/Tadulako, Farid Makruf, selaku Wadansatgas Oprasi Tinombala, menyebut pasukan TNI dan Polri telah disebar ke jalur-jalur yang bisa dilalui kelompok Ali Kalora di Gunung Biru yang terletak di wilayah Tamanjeka, Kecamatan Poso.

"Pasukan kita sangat banyak di sana dan jalur-jalur klasik yang biasa mereka lalui sudah kita kuasai atau kita duduki, sehingga mereka merasa terancam dan berusaha mencari jalur baru," ujar Farid Makruf dalam konferensi pers pada Minggu (29/11/2020) seperti yang dilaporkan wartawan BBC Indonesia.

"Jalur-jalur baru tersebut sedang kita pelajari melalui pengintaian udara dan kita akan berusaha mengejar dan menangkap mereka."

Baca juga: PGI Percayakan Kasus Pembunuhan di Sigi pada Polisi dan Minta Masyarakat Tenang

Ia juga meminta masyarakat untuk berhenti membantu kelompok tersebut dengan memberi bahan makanan dan informasi keberadaan anggota TNI-Polri yang sedang melaksanakan pengejaran.

"Kita lihat bagaimana kekejaman kelompok ini memenggal kepala orang, merampok serta membakar rumah. Itu sudah sangat keterlaluan dan sudah tidak berperi kemanusiaan."

Baca juga: Mahfud Tegaskan Pembunuhan di Sigi Tak Mewakili Agama Tertentu

Bagaimana situasi sekarang?

Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Abdul Rakhman Baso mengunjungi dan memberikan bantuan kepada warga korban serangan yang diduga dilakukan oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (28/11/2020).ANTARA FOTO Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Abdul Rakhman Baso mengunjungi dan memberikan bantuan kepada warga korban serangan yang diduga dilakukan oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (28/11/2020).
Sekretaris Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Rifai, mengatakan sebagian warga masih mengungsi di beberapa lokasi pengungsian yang disiapkan pemerintah desa bersama Polri dan TNI.

"Kondisi di desa sudah mulai kondusif dan sebagaian warga sudah ada yang kembali ke rumahnya. Untuk warga yang rumahnya berbatasan langsung dengan hutan, masih khawatir untuk kembali dan mereka mengungsi di rumah-rumah warga yang agak jauh dari TKP," tutur Rifai kepada BBC Indonesia, Minggu (29/11/2020).

Ia menuturkan, peristiwa perampokan dan pembunuhan oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora itu pertama kali diketahui oleh Ulin yang merupakan anak dari korban Yasa.

Baca juga: Kutuk Keras Aksi Teror di Sigi, Jokowi Sebut Ada Upaya Rusak Persatuan

Menurut keterangan keluarga korban yang juga saksi, saat itu Jumat (27/11/2020) sekitar pukul 09:00 WITA, Ulin bersama keluarganya yang tinggal di Dusun ST. 2 Lewono tiba-tiba didatangi oleh beberapa orang yang tidak dikenal.

"Beberapa orang itu menyandera keluarganya dan dia (Ulin). Melihat para pelaku melakukan pembunuhan terhadap korban Yasa dan Pino Nei, Ulin lari untuk menyelamatkan diri hingga ke Desa Lembontongoa yang kemudian menyampaikan kejadian tersebut kepada kami," uca Rifai.

Warga sekitar dusun yang mengetahui kejadian itu, kemudian melarikan diri ke Desa Lemban Tongoa karena takut.

Baca juga: Teror di Sigi, Jokowi Minta Masyarakat Tenang dan Jaga Persatuan

Kini warga Dusun ST.2 Lewono, masih mengungsi ke rumah kerabat di desa sekitar.

"Warga di sini masih mengungsi ke rumah warga atau keluarganya. Kami masih merasa khawatir makanya kami masih belum berani ke kebun. Bila sudah hilang rasa trauma, baru kembali pulang ke rumah masing-masing," imbuh Rifai.

"Bila ada petugas, baru warga berani pulang," tambahnya sembari berharap kepada pemda agar tetap menempatkan aparat polisi dan TNI di desa mereka supaya bisa bekerja di kebun dengan leluasa.

"Kami tidak ada niat untuk pindah dari desa ini, karena bila kami pindah ke mana lagi kami akan berkebun."

Polisi menyebut kelompok Ali Kalora merampok 40 kilogram stok beras dan membakar enam rumah serta mengambil barang-barang warga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com