Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memburu Ali Kalora, Pimpinan MIT yang Terlibat Teror di Sigi, Operasi Rutin hingga Gunakan Thermal Drone

Kompas.com - 01/12/2020, 12:30 WIB
Rachmawati

Editor

"Kelompok itu saat ini sudah terdesak dan akhirnya terpecah. Saat ini, mereka itu kita prediksi akan mencari sasaran untuk melakukan amaliah."

Sementara di Dusun Lewonu Desa Lemba Ntongoa, kepolisian telah menempatkan anggotanya untuk melakukan pengamanan dan pemulihan psikis kepada para keluarga dan kerabat korban yang mengalami trauma.

"Kami juga telah berkoordinasi dengan Dinas Transmigrasi agar segera membangunkan kembali enam rumah warga yang terbakar itu, karena itu masuk daerah transmigrasi. Insya Allah satu minggu selesai rehabilitasi bangunannya."

Baca juga: Jokowi: Pemerintah Akan Beri Santunan Keluarga Korban Pembunuhan di Sigi

Minta masyarakat berhenti membantu kelompok Ali Kalora

Komandan Korem (Danrem) 132/Tadulako, Farid Makruf, selaku Wadansatgas Oprasi Tinombala, menyebut pasukan TNI dan Polri telah disebar ke jalur-jalur yang bisa dilalui kelompok Ali Kalora di Gunung Biru yang terletak di wilayah Tamanjeka, Kecamatan Poso.

"Pasukan kita sangat banyak di sana dan jalur-jalur klasik yang biasa mereka lalui sudah kita kuasai atau kita duduki, sehingga mereka merasa terancam dan berusaha mencari jalur baru," ujar Farid Makruf dalam konferensi pers pada Minggu (29/11/2020) seperti yang dilaporkan wartawan BBC Indonesia.

"Jalur-jalur baru tersebut sedang kita pelajari melalui pengintaian udara dan kita akan berusaha mengejar dan menangkap mereka."

Baca juga: PGI Percayakan Kasus Pembunuhan di Sigi pada Polisi dan Minta Masyarakat Tenang

Ia juga meminta masyarakat untuk berhenti membantu kelompok tersebut dengan memberi bahan makanan dan informasi keberadaan anggota TNI-Polri yang sedang melaksanakan pengejaran.

"Kita lihat bagaimana kekejaman kelompok ini memenggal kepala orang, merampok serta membakar rumah. Itu sudah sangat keterlaluan dan sudah tidak berperi kemanusiaan."

Baca juga: Mahfud Tegaskan Pembunuhan di Sigi Tak Mewakili Agama Tertentu

Bagaimana situasi sekarang?

Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Abdul Rakhman Baso mengunjungi dan memberikan bantuan kepada warga korban serangan yang diduga dilakukan oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (28/11/2020).ANTARA FOTO Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Abdul Rakhman Baso mengunjungi dan memberikan bantuan kepada warga korban serangan yang diduga dilakukan oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (28/11/2020).
Sekretaris Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Rifai, mengatakan sebagian warga masih mengungsi di beberapa lokasi pengungsian yang disiapkan pemerintah desa bersama Polri dan TNI.

"Kondisi di desa sudah mulai kondusif dan sebagaian warga sudah ada yang kembali ke rumahnya. Untuk warga yang rumahnya berbatasan langsung dengan hutan, masih khawatir untuk kembali dan mereka mengungsi di rumah-rumah warga yang agak jauh dari TKP," tutur Rifai kepada BBC Indonesia, Minggu (29/11/2020).

Ia menuturkan, peristiwa perampokan dan pembunuhan oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora itu pertama kali diketahui oleh Ulin yang merupakan anak dari korban Yasa.

Baca juga: Kutuk Keras Aksi Teror di Sigi, Jokowi Sebut Ada Upaya Rusak Persatuan

Menurut keterangan keluarga korban yang juga saksi, saat itu Jumat (27/11/2020) sekitar pukul 09:00 WITA, Ulin bersama keluarganya yang tinggal di Dusun ST. 2 Lewono tiba-tiba didatangi oleh beberapa orang yang tidak dikenal.

"Beberapa orang itu menyandera keluarganya dan dia (Ulin). Melihat para pelaku melakukan pembunuhan terhadap korban Yasa dan Pino Nei, Ulin lari untuk menyelamatkan diri hingga ke Desa Lembontongoa yang kemudian menyampaikan kejadian tersebut kepada kami," uca Rifai.

Warga sekitar dusun yang mengetahui kejadian itu, kemudian melarikan diri ke Desa Lemban Tongoa karena takut.

Baca juga: Teror di Sigi, Jokowi Minta Masyarakat Tenang dan Jaga Persatuan

Kini warga Dusun ST.2 Lewono, masih mengungsi ke rumah kerabat di desa sekitar.

"Warga di sini masih mengungsi ke rumah warga atau keluarganya. Kami masih merasa khawatir makanya kami masih belum berani ke kebun. Bila sudah hilang rasa trauma, baru kembali pulang ke rumah masing-masing," imbuh Rifai.

"Bila ada petugas, baru warga berani pulang," tambahnya sembari berharap kepada pemda agar tetap menempatkan aparat polisi dan TNI di desa mereka supaya bisa bekerja di kebun dengan leluasa.

"Kami tidak ada niat untuk pindah dari desa ini, karena bila kami pindah ke mana lagi kami akan berkebun."

Polisi menyebut kelompok Ali Kalora merampok 40 kilogram stok beras dan membakar enam rumah serta mengambil barang-barang warga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com