Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demo di PLTU Paiton, Aktivis Lingkungan Menduga Tumpahan Batu Bara Rusak Ekosistem Laut

Kompas.com - 01/12/2020, 11:11 WIB
Ahmad Faisol,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

PROBOLINGGO, KOMPAS.com - Sejumlah aktivis menggelar demo di atas perahu motor di perairan sekitar PLTU Paiton, Kabupaten Probolinggo, Senin (30/11/2020).

Mereka memprotes dugaan tumpahan batu bara di unit 7 dan 8 yang dinilai merusak ekosistem laut.

Koordinator Aksi Koalisi Laut Biru 2020 Anton Marsono mengatakan, kerusakan ekosistem tersebut diketahui dari laporan Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Desa Binor, Kecamatan Paiton.

Menurutnya, tumpahan batu bara itu sudah terjadi sejak unit 7 dan unit 8 beroperasi.

"Kami minta pihak yang bersangkutan lebih memperhatikan lagi tumpahan batu bara. Selama mereka beroperasi tumpahan batu bara belum pernah dibersihkan," kata Anton Marsono kepada Kompas.com di lokasi, Senin.

Anton bersama sejumlah demonstran lain bergerak menggunakan tujuh perahu motor berbendera merah putih. Mereka memasang batas laut di sekitar unit 7 dan 8 PLTU Paiton.

Baca juga: Saya dan Istri Langsung Syok, Ternyata Anak Kami Satu-satunya Sudah Meninggal

Berdasarkan data yang dihimpun Anton, telah terjadi kerusakan ekosistem laut akibat tumpahan batu bara di area jeti atau dermaga loading dengan perkiraan volume tumpahan mencapai 19.000 ton selama unit ini beroperasi.

"Seluruh operasional aksi protes ini dilakukan secara mandiri oleh seluruh anggota koalisi aksi laut biru dari berbagai unsur lembaga swadaya masyarakat dan organsisasi masyarakat lokal, serta mengikuti standar operasional protokol kesehatan," kata Anton.

Sementara itu, aktivitas pemerhati lingkungan Sekola Konang Antony Sofwan mengatakan, aksi ini bermula dari surat Pokmaswas Keranji kepada unit yang bersangkutan sebanyak dua kali.

Surat itu tak pernah ditanggapi.

"Kami menunjukkan kepada dunia dan juga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tentang undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup," ujar Sofwan. 

 

Dalam aksi itu, para demonstran juga berorasi menuntut pemerintah mengadili pihak yang diduga merusak ekosistem laut. 

Terkait protes Koalisi Laut Biru itu, PT Paiton Energy mengirimkan keterangan tertulis melalui Widya Tresna Utami kepada Kompas.com.

Dalam keterangan itu, PT Paiton Energy menyatakan, unit itu beroperasi dengan memperhatikan dan memenuhi standar lingkungan dan keselamatan nasional serta internasional.

PT Paiton Energy memastikan dampak lingkungan yang disebabkan pengoperasian pembangkit listrik telah sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku.

Selain itu, Paiton Energy menggunakan teknologi ramah lingkungan, berkualitas tinggi dan teruji, yang dibangun oleh produsen berkualitas.

Baca juga: Ribuan Ubur-ubur Menyerbu PLTU Paiton, Probolinggo

 

Antara lain, memakai super critical boiler technology yang memberikan efisiensi lebih tinggi, konsumsi bahan bakar lebih rendah, dan mampu menurunkan emisi Co2.

Pantion Energy juga ikut dalam program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang digelar Kementerian LHK.

Selain itu, Paiton Energy mengaku memberikan 2.045 megawatt listrik kepada PT PLN. Jumlah itu sekitar 6 persen dari seluruh kapasitas di Pulau Jawa.

Paiton Energy mengaku mendukung penuh upaya PLN menjaga sistem kelistrikan di Jawa dan Bali selama pandemi Covid-19. Mereka memastikan unit 3, 7, dan 8, PLTU Paiton bekerja dengan baik.

Paiton Energy menilai aksi yang dilakukan Koalisi Aksi Laut Biru bisa menimbulkan dampak terhadap upaya membantu menjaga keandalan sistem kelistrikan selama pandemi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com