Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Merapi Kebanyakan Lansia dan Anak, Bilik "Ayah Bunda" di Pengungsian Dipertanyakan

Kompas.com - 01/12/2020, 05:47 WIB
Wijaya Kusuma,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Sejak 7 November 2020, warga Kalitengah Lor yang masuk dalam kategori kelompok rentan mulai dari lansia, ibu hamil, anak-anak dan difabel mengungsi di Barak Pengungsian Glagaharjo, Cangkringan, Sleman.

Mereka turun meninggalkan rumahnya ke pengungsian karena status Gunung Merapi ditingkatkan dari Waspada menjadi Siaga.

Tepat di sebelah selatan gedung yang digunakan sebagai barak pengungsian terdapat sebuah tenda berwarna putih.

Di tenda yang tertutup rapat ini terdapat tulisan "Bilik Ayah Bunda". Bilik ini lebih dikenal dengan sebutan bilik asmara.

Baca juga: Kawah Merapi dan Cerita Menegangkan Pendaki Bakat Setiawan alias Lahar

Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Sleman, Mafilindati Nuraini membenarkan jika pihaknya telah menyiapkan "Bilik Ayah Bunda" di barak pengungsian Glagaharjo, Cangkringan, Sleman.

"Iya Kami Dinas DP3AP2KB menyiapkan itu," ujar Mafilindati Nuraini, Senin (30/11/2020).

Mafilindati menyampaikan, bilik tersebut disiapkan sesuai dengan masukan dari Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta waktu kunjungan ke Barak Pengungsian Glagaharjo. Kemudian, pihaknya menyiapkan satu bilik khusus ayah bunda.

"Ya untuk berjaga-jaga, untuk kesiapsiagaan kita kalau pengungsinya menjadi banyak kemudian dalam jangka waktu lama. Kita antisipasi untuk memberikan suatu sarana, kita fasilitasi untuk pasangan suami istri," ungkapnya.

Menurutnya bilik "Ayah Bunda" yang ada di pengungsian Glagaharjo tidak lantas harus digunakan. Sebab saat ini pengungsi yang ada di Glagaharjo, Cangkringan, Sleman kategori kelompok rentan.

"Kita sifatnya antisipasi, menyiapkan, bukan kemudian ada terus harus digunakan. Kita menyiapkan tempat untuk pasangan suami istri apa bila dibutuhkan ada tempat yang representatif, aman dan safety, untuk sisi-sisi kemanusian. Kita kan tidak tahu berakhir kapan, mau seperti apa statusnya," jelasnya.

Diungkapkannya, pemilihan lokasi sudah sesuai dengan persetujuan dan arahan dari satgas desa, dan aparat desa. Namun demikian, memang bilik "Ayah Bunda" belum sepenuhnya selesai. Sebab masih akan dipasang pagar di sekitar bilik tersebut.

"Itu belum rampung kami akan ada pagar pengaman. Dalamnya sudah dilapisi dengan bahan yang tidak tembus, tapi belum sempurna," tuturnya.

Pihaknya juga sudah membuat juknis (petunjuk teknis) untuk penggunaan bilik "Ayah Bunda". Perlu dipastikan yang memakai bilik merupakan pasangan suami istri yang sah dan ada di barak pengungsian. Sebelum memakai, harus melapor dahulu ke pos pengamanan di pengungsian.

"Pelaksanaannya dibatasi tidak semalam suntuk, hanya beberapa jam begitu. Bertanggungjawab untuk memastikan peralatan di situ tetap bersih," jelasnya.

Baca juga: Hasil Pantauan Udara, Ada Banyak Longsoran Baru di Puncak Merapi

Keberadaan bilik Ayah Bunda ini pun menjadi sorotan Komisi A DPRD Sleman saat berkunjung ke barak pengungsian Glagaharjo, Cangkringan, Sleman.

Ketua Komisi A DPRD Sleman Ani Martanti menuturkan secara keseluruhan barak pengungsian di Glagaharjo, Cangkringan, Sleman sudah berjalan dengan baik.

"Di barak pengungsian sudah berjalan dengan baik, cuma ada sedikit koreksi mengenai tentang bilik ayah ibu," ujar Ketua Komisi A DPRD Sleman Anik Martanti usai berkunjung di barak pengungsian Glagaharjo, Cangkringan, Sleman.

Ani menilai belum saatnya ada "Ayah Bunda" di pengungsian Glagaharjo, Cangkringan, Sleman. Sebab saat ini warga masyarakat yang berada di barak pengungsian adalah lansia, ibu hamil dan anak-anak.

"Bilik ayah bunda sebaiknya jangan dulu, karena saat ini yang di barak pengungsian adalah lansia dan anak-anak," tuturnya.

Ketua Komisi A DPRD Sleman ini juga meminta agar lokasi bilik "Ayah Bunda" dipikirkan kembali. Sebab di lokasi saat ini bilik bisa dijangkau oleh anak-anak. Sebisa mungkin bilik jangan berada dekat dengan anak-anak.

"Jadi saya rasa itu lebih baik dialihkan ke samping Huntap Barat pengungsian, jadi anak-anak tidak berpikir ini untuk apa dan bagaimana yang seharusnya mereka belum mengarah ke situ, mereka berpikir ke situ," ucapnya.

Sementara itu Ketua Komunitas Siaga Merapi (KSM), Rambat Wahyudi yang bertugas di Barak Pengungsian Glagaharjo, mengatakan untuk saat ini bilik "Ayah Bunda" dirasa belum begitu dibutuhkan. Jika pun ada, kegunaannya untuk saat ini tidak akan optimal.

"Yang di sini kan baru kelompok rentan, jadi kalau soal kayak gitu gitu kan 90 persen tidak memikirkan. Tapi mungkin aturan di barak pengungsian harus ada seperti itu (bilik ayah bunda) ya silakan, kami tidak melarang, kalau sudah prosedur ya silakan," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com