Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelompok Banteng Ketaton: Yel Itu Bentuk Kekecewaan Kami Terhadap Kesewenangan Risma

Kompas.com - 27/11/2020, 20:04 WIB
Achmad Faizal,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Kelompok Banteng Ketaton menjelaskan maksud yel "hancurkan Risma" dalam video pendek yang viral beberapa hari terakhir.

Ketua Banteng Ketaton Surabaya Sri Mulyono Herlambang mengatakan, kalimat itu tak berarti menghancurkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini secara fisik.

"Yel-yel yang kami kumandangkan sebagai bentuk rasa kekecewaan kami dari banteng-banteng PDI-P terhadap kesewenang-wenangan Risma," kata Sri Mulyono saat dikonfirmasi, Jumat (27/11/2020) sore.

Sri Mulyono menyebut, Risma sebagai sosok yang memecah belah PDI-P. Sikap Risma membuat kelompok yang berisi kader PDI-Perjuangan itu mendukung pasangan calon wali kota dan wakil wali kota nomor urut 2 Machfud Arifin-Mujiaman.

Langkah yang berbeda dengan PDI-P sebagai pengusung Eri Cahyadi-Armuji.

Baca juga: Ibu-ibu Bersatu Dukung Risma di Balai Kota Surabaya: Siapa yang Akan Anda Hancurkan?


Sri Mulyono menegaskan, kelompoknya tak ingin menghancurkan Kota Surabaya secara fisik.

"Kita cinta damai. Surabaya harus tetap aman, damai dan menyejahterakan rakyatnya. Tapi yang ingin kita hancurkan adalah arogansi dan oligarki politik Bu Risma," terangnya.

Sri Mulyono menjelaskan maksud arogansi tersebut. Ia menuding Risma menggunakan anggaran APBD Kota Surabaya melalui dinas hingga perangkat kelurahan untuk memenangkan pasangan Eri Cahyadi-Armuji.

Meski sikap politik di Pilkada Surabaya tak sejalan dengan PDI-Perjuangan, Banteng Ketaton tak melawan DPP PDI-P dan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.

"Banteng-banteng Ketaton hanya melawan terhadap kepentingan oligarki Risma beserta anak buahnya termasuk pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Surabaya Eri Cahyadi dan Armuji," tegasnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com