Meski demikian, ia tetap mengimbau kepada nelayan atau warga yang melihatnya untuk menjauhinya.
Prakirawan BMKG Wilayah III Denpasar Luh Eka Arisanti menuturkan, waterspout itu terjadi karena adanya awan kumulonimbus.
Ia mengatakan, awan ini bisa menghasilkan hujan, hujan es, dan puting beliung dan waterspout.
Pusaran angin ini jika terjadi di darat disebut puting beliung dan jika di laut dinamakan waterspout.
Awan jenis ini bisa terjadi di mana saja dan umumnya terjadi pada musim hujan atau musim peralihan.
Baca juga: Hujan Es di Puncak Gunung Slamet, 3 Pendaki Dievakuasi karena Cedera dan Hipotermia
Sebagian besar wilayah Bali pada awal November ini telah memasuki musim hujan. Kemudian, puncaknya diprediksi pada Januari dan Februari 2021.
"Nah, kalau saat ini kan sebagian besar wilayah Bali sudah masuk musim hujan dan sebagian peralihan dari kemarau ke hujan," kata dia.
Menurutnya, waterspout ini membahayakan bagi warga yang beraktivitas di laut seperti nelayan.
Sehingga, pada musim hujan ini nelayan atau warga yang beraktivitas di laut tetap mewaspadai karena awan jenis ini bisa terjadi di mana saja.
Setiap awan yang terbentuk di dalamnya ada pergolakan seperti pusaran.
Jika pusaran angin keluar dari awan tersebut maka bisa menghasilkan puting beliung dan waterspout.