Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deforestasi, Burung Migran dan Ancaman "Bird Strike" di Bandara Kualanamu

Kompas.com - 26/11/2020, 13:50 WIB
Dewantoro,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

Menurut Djody, kecelakaan karena burung sudah beberapa kali terjadi, bahkan dialami oleh penerbangan di dunia internasional.

"Bahwa dampak dari migrasi burung ini bisa sangat luar bisa untuk penerbangan, bahkan bisa pesawat itu menjadi celaka," kata dia.

Ancaman terhadap burung

Peneliti burung migran, Chairunnas Adha Putra mengatakan, penanaman mangrove ini dilakukan karena di kawasan ini terjadi deforestasi akibat aktivitas legal dan ilegal.

Dengan adanya penanaman ini, diharapkan hutan mangrove akan semakin luas.

"Lokasi ini penting sebagai lokasi persinggahan habitat burung air yang terancam punah, seperti bangau bluwok, bangau tongtong yang populasinya semakin menurun dari tahun ke tahun. Kegiatan ini diharapkan dapat men-support kehidupan mereka, baik untuk bertengger atau mencari makan," kata dia.

Menurut Chairunnas, di kawasan ini tercatat ada sekitar 54 spesies burung dari kelompok cerek, biru laut, gajahan yang merupakan burung migran.

Kemudian untuk burung penetap, di antaranya burung kuntul, kelompok bangau bluwok, bangau tongtong, kokoan dan lainnya.

Berdasarkan pengamatannya, menurut Chairunnas, burung terancam penembakan untuk aktivitas olahraga menggunakan senapan angin.

Burung-burung itu bukan untuk dikonsumsi, melainkan hanya untuk latihan menembak.

"Kalau untuk dimakan, di beberapa tempat ada juga di Pantai Sujono di Batubara, di Sei Tuan itu ada beberapa burung yang ditangkap untuk keperluan konsumsi," kata dia.

Chairunnas yang akrab disapa Nchay itu menyebutkan bahwa burung-burung migran itu berasal dan berkembang biak di Rusia, Alaska, Mongolia dan China.

Kemudian, burung bermigrasi secara besar-besaran ke Indonesia, salah satunya ke Bagan Percut pada bulan Oktober - Maret, karena di daerah asalnya sedang musim dingin.

Mengenai bird strike atau serangan burung terhadap penerbangan, menurut dia, hal itu mungkin terjadi.

Sebab, di sekitar Bandara Kualanamu bisa jadi ada habitat yang menjadi daya tarik burung. Selain itu, di kawasan tersebut masih menyediakan sumber pakan bagi burung.

"Perlu kita tahu apa yang menjadi daya tarik burung di bandara. Setelah kita tahu mereka mencari makan apa di situ, baru kita tahu bagaimana pengelolaannya," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com