Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa IAIN Purwokerto Ikuti Wisuda Virtual Seorang Diri di Makam Ayah, Nadif: Benar-benar Trenyuh

Kompas.com - 25/11/2020, 13:55 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Khairina

Tim Redaksi

PURWOKERTO, KOMPAS.com - Cara unik dilakukan seorang mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dalam menjalani prosesi wisuda.

Di tengah pandemi virus corona (Covid-19), Mochamad Nadif Nasrulloh (23), warga Desa Karangsari, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara ini harus menjalani prosesi wisuda secara virtual.

Namun tidak seperti rekan-rekannya yang mengikuti prosesi wisuda melalui aplikasi Zoom bersama keluarga, Nadif justru menjalani prosesi sakral itu seorang diri di makam almarhum sang ayah.

Baca juga: Ayah di Balikpapan Terima Ijazah Anak yang Meninggal Sebelum Wisuda

Dengan dibantu salah seorang temannya, Nadif mempersiapkan berbagai perangkat seperti laptop dan telepon seluler untuk mengikuti prosesi tersebut di TPU yang berjarak sekitar 1 kilometer dari rumahnya, Selasa (24/11/2020).

Perasaan bahagia, sekaligus haru bercampur aduk dirasakan anak bungsu dari 16 bersaudara ini.

"Perasaan haru dan sedih terasa ketika melihat layar mereka (teman-teman) dengan keluarga masing-masing. Berbeda dengan saya di makam sendirian, tidak ada keluarga, itu yang saya merasa benar-benar trenyuh banget," tutur Nadif saat dihubungi, Rabu (25/11/2020).

Nadif menceritakan, rencana mengikuti prosesi wisuda di makam sang ayah terbilang mendadak.

Sehari sebelum wisuda, teman-teman yang tinggal di satu wisma di Purwokerto pulang untuk mengikuti wisuda dari rumah bersama keluarga.

"Saya ditinggal sendirian. Saya mikir kalau wisuda di rumah banyak kendala, enggak ada sinyal, enggak ada akses Zoom, ibu juga sudah tua, kurang puas aja kalau ikut wisuda virtual," kata Nadif.

Namun pagi hari sebelum wisuda, Nadif memutuskan pulang ke kampung halamannya.

"Akhirnya saya memutuskan bagaimana merayakan wisuda layaknya teman-teman yang lain, meskipun dengan kondisi yang berbeda. Tapi saya yakin ini adalah bentuk rasa syukur terhadap orangtua yang memberi semangat untuk menyelesaikan studi," ujar Nadif.

Baca juga: Cerita Angkatan Covid-19, Pengalaman Wisuda Drive-Thru di Kampus

Keputusan untuk menjalani prosesi wisuda dari makam juga tidak lepas dari amanat sang ayah.

Sebelum meninggal satu tahun lalu, ayah Nadif menyampaikan keinginannya untuk merayakan wisuda bersama.

"Yang pertama menjalankan amanat orangtua, makanya sebelum ayah meninggal sudah persiapan membuat skripsi. Kenyataannya berbanding terbalik dengan takdir Tuhan, ayah saya dipanggil. Tapi itu jadi motivasi saya, ketiadaan ayah pun harus bisa membanggakan, saya yakin ayah saya bangga," ucap Nadif.

Sebelum menjalani prosesi itu, Nadif sempat mengajak ibunya, Sarkinah (67) untuk mendampingi.

"Saya bilang ke Ibu ayo ke makam Bapak untuk melaksanakan wisuda bareng, tapi Ibu enggak kuat, saya tanya kenapa? (karena) sedang di posisi antara sedih dan bahagia. Sedih melihat wisuda tanpa ayah, bahagia anaknya wisuda tepat waktu. Ibu memutuskan tidak ikut," kata Nadif.

Lebih lanjut Nadif mengatakan, prosesi wisuda di makam sang ayah sekaligus untuk menebus rasa bersalahnya. Pasalnya ketika sang ayah meninggal dunia, Nadif sedang mengikuti acara organisasi di luar kota.

"Sebelum meninggal, via telepon ayah menginginkan saya pulang, tapi saya lagi ngurus kegiatan 10 hari full, jadi memutuskan tidak pulang. Kegiatan hari terakhir saya ke Semarang, pagi harinya ayah enggak ada," ujar Nadif.

"Itu salah satu penyesalan saya yang mendalam bagi seorang aktivis yang terlalu memperjuangkan kepentingan umum. Ini pelajaran buat teman-teman semua, bagaimanapun keluarga adalah prioritas utama, keluarga adalah tempat kita pulang," pesan Nadif.

Menurut Nadif, orangtua akan sangat bangga ketika melihat anaknya menyelesaikan studi tepat waktu dan memperolah hasil yang memuaskan.

"Orangtua mungkin tidak bangga ketika saya pernah jadi Presiden BEM, karena tidak tahu. Orangtua lebih bangga ketika lulus tepat waktu dan hasilnya bagus, alhamdulillah IPK saya 3,4," kata Nadif.

Setelah merampungkan studi S1, Nadif rencananya akan melanjutkan jenjang S2. Hal itu tak terlepas dari amanat almarhum ayah.

"Seminggu sebelum ayah meninggal, pesan intinya bisa lanjut kuliah lagi. 'Ayahmu ini udah bodoh, minim pendidikan', ayah enggak mau anak-anaknya mengalami hal yang sama, harus lanjut S2. Saya rencana mau ambil hukum ekonomi sama magister manajemen, kepeginnya ngambil dua-duanya," ujar Nadif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com