Dari petugas sensus inilah ia bisa membeli laptop dan kebutuhan lainnya. Namun, sayangnya petugas sensus ini hanya bisa dijalaninya setahun sekali.
Ipah baru bisa agak lega pada 2017, saat SMA dan SMK di Jabar dipegang oleh Provinsi Jawa Barat.
Saat itulah ia mulai merasakan honor Rp 1 juta per bulan dari pekerjaannya sebagai guru honorer.
Rasanya, tentu tak usah ditanyakan lagi. Ia mengaku sangat bahagia.
Beberapa hari lalu, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim mengumumkan kesempatan bagi guru honorer untuk mendaftar dan mengukuti ujian seleksi menjadi guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) tahun 2021.
Seleksi ini terbuka bagi guru honorer yang terdaftar di Data Pokok Pendidikan (Dapodik), serta lulusan Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang saat ini tidak mengajar.
Mendengarkan pengumuman ini, Ipah tentunya sangat ingin mendaftar dan menjadi ASN.
Ia kini tengah menyiapkan diri mempelajari berbagai soal.
“Saya berharap pemerintah lebih aware untuk peserta PPPK yang pengabdiannya sudah lama bahkan puluhan tahun. Kehidupannya juga jauh lebih susah dari saya, tolong diperhatikan,” kata Ipah.
Ia pun berharap, sertifikasi diperhitungkan sebagai tambahan nilai saat rekrutmen PPPK.
Di akhir obrolan, Ipah pun bercerita kenapa ia bisa bertahan menjadi guru honorer dengan gaji yang minim.
“Saya bahagia kalau sama anak-anak didik saya. Saya suka dengan kebandelan mereka,” kata Ipah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.