Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi: Dari Dulu Saya Menolak Ekspor Benih Lobster

Kompas.com - 25/11/2020, 12:14 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi prihatin dengan penangkapan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, Rabu (25/11/2020) dini hari.

Dedi berharap Edhy diberi kesabaran dan mampu menyelesaikan masalah ini dengan baik.

"Kami berharap Pak Edhy bisa melewati masa sulit, diberi kekuatan dan ketabahan sehingga mampu menyelesaikan seluruh persoalan yang dihadapi dengan baik," ujar Dedi kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu.

Dedi mengatakan, pihaknya dari Komisi IV saat ini masih menunggu pengumuman resmi dari KPK terkait kasus yang menjerat Menteri Edhy Prabowo.

"Sangkaan apa yang disangkakan kepada Pak Edhy, kita menunggu pengumuman resmi KPK," katanya.

Soal isu ekspor benih lobster yang menjerat Edhy sehingga ditangkap lembaga anti-korupsi itu, Dedi mengatakan bahwa sejak awal pihaknya sebagai wakil ketua Komisi IV sudah menyampaikan tidak setuju dengan ekspor benih lobster itu.

"Saya sebagai wakil ketua Komisi IV, secara pribadi, jauh-jauh hari sudah menolak ekspor benih lobster," tandas Dedi.

Baca juga: Wakil Ketua Komisi IV: Pemerintah Sebaiknya Ikuti Rekomendasi PBNU Hentikan Ekspor Benih Lobster

Dedi menyebutkan alasan penolakan ekspor benih lobster. Pertama benih lobster itu merupakan ekosistem laut yang harus dijaga keberadaan dan kesinambungannya.

Menurutnya, ada beberapa kabar bahwa benih lobster di laut Indonesia itu mencapai miliaran ekor. Namun bagi Dedi, berapa pun jumlahnya itu tidak penting.

Sebaliknya, kata dia, menjaga kesinambungan ekosistem benih lobster itu penting.

Sebab, kalau benih lobster sudah dewasa, nelayan bisa menangkapnya dengan murah, namun bisa menjualnya dengan mahal.

"Baby (lobster) itu kan anak-anak, harus disayangi, jangan dieksploitasi," katanya.

Alasan lain atas ketidaksetujuan ekspor benih lobster adalah bahwa negara tujuan ekspor, yakni Vietnam, adalah kompetitor utama Indonesia dalam hal kelautan. Negara tetangga itu memiliki teknologi yang memadai dalam budidaya benih lobster.

"Tetapi teknologi yang dimiliki itu tak berarti kalau tidak ada suplai bahan baku dalam bentuk benih. Sehingga kami merasa aneh kompetitor dalam laut kok disuplai bahan bakunya. Ini salah. Jangan-jangan lobster dewasanya malah dikirim ke kita," katanya.

Ironisnya lagi, kata Dedi, Vietanam itu mencari pakan untuk benih lobster berupa rica-rica itu dari laut Indonesia dengan menggunakan trol. Sehingga Indonesia menjadi pihak yang sangat dirugikan.

Sebelumnya, Menteri KKP Edhy Prabowo ditangkap KPK di Bandara Soekarno-Hatta pada Rabu (25/11/2020) dini hari.

Baca juga: Dedi Mulyadi: Penyelundupan Tetap Terjadi, Izin Ekspor Benih Lobster Harus Dicabut

 

Edhy ditangkap terkait dugaan korupsi ekspor benih lobster.

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron mengatakan, Edhy saat ini masih diperiksa dan KPK akan menggelar konferensi pers terkait penangkapan menteri bidang kelautan dan perikanan ini. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com