Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Khamdan, Terpilih Jadi Guru Inovatif meski Mengajar di Pedalaman NTT Tanpa Listrik dan Sinyal

Kompas.com - 25/11/2020, 10:25 WIB
Markus Makur,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

BORONG, KOMPAS.com - Khamdan Muhaimin (33), guru SMPN 5 Sambi Rampas, Desa Rana Mese, Kecamatan Sambi Rampas, Manggarai Timur, NTT, terpilih menjadi salah satu guru SMP inovatif tingkat nasional yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendikbud RI.

Penghargaan itu diberikan dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional Tahun 2020.

Khamdan merupakan guru 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) yang mengabdi di pedalaman NTT.

"Saya tidak menyangka kalau akan masuk lima besar menyisihkan ratusan guru-guru hebat di tanah air. Penjurian sangat ketat, mulai dari penilaian administrasi, naskah, dan presentasi karya. Inovasi dan inspirasi di bidang pendidikan dan kegiatan sosial kemasyarakat menjadi nilai utama dalam penjurian," ujar Khamdan saat dihubungi, Selasa, (24/11/2020).

Baca juga: Cerita Guru Honorer David Berdayakan Lansia untuk Buat Pot Sabut Kelapa: Gaji Minus Tak Masalah

Kesulitan dan inovasi 

Khamdan ditempatkan di SMPN 5 Sambi Rampas untuk mengajar sejak 2015.

Dia merupakan lulusan Universitas PGRI Semarang 2009, Jawa Tengah.

Setelah lulus hingga 2011, dia mengajar di SMK Muhamadiah Tiga Weleri, Jateng. Kemudian selama mengajar di SMK itu Khamdan mengikuti test online untuk guru 3T dan lulus.

Baca juga: Hari Guru Nasional, Ini Bantuan Pemerintah untuk Pendidik di Tengah Pandemi Covid-19

Khamdan kemudian ditempatkan SMPN 4 Nangapenda, Kabupaten Ende tahun 2011.

Selama setahun di SMPN 4, dia mengikuti pendidikan lanjutan yakni PPG di Semarang. Setelah lulus dari PPG, dia kemudian mengajar di SMKN Mandiraja, Jateng.

Kemudian Khamdan kembali mencoba program 3T dari Kemendikbud dan lulus hingga ditempatkan di SMPN 5 Sambirampas.

"Saat mengajar di Jawa Tengah, banyak kemudahan yang bisa dilakukan. Sementara di SMPN 5 Sambirampas, daerah baru untuk mengabdi dan mengajar memiliki banyak kekurangan fasilitas-fasilitas di sekolah tersebut. Kalau soal sumber daya manusia guru tidak ada perbedaan," jelasnya.

Fasilitas di sekolah maupun di Desa Rana terbilang sangat kurang.

Di desa itu tidak ada penerangan listrik dan akses internet. Mau tidak mau Khamdan setiap hari memanfaatkan generator.

Sementara kesulitan sinyal diatasi dengan mencari sinyal sampai ke Pota, ibu kota Kecamatan Sambirampas.

Di desa itu juga jalan belum diaspal serta sulit mendapatkan air bersih.

"Untuk itu saya harus keluar dari guru zona nyaman dan melakukan berbagai langkah-langkah inovasi sesuai dengan fasilitas, sarana dan prasarana yang serba terbatas," ujar dia.

Dengan semua kesulitan itu Khamdan tidak patah arang untuk berinovasi.

Dia berinisiatif melakukan digitalisasi dengan 27 buah tablet, laptop, komputer, dan proyektor yang berasal dari bantuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untu SMPN 5 Sambi Rampas.

"Saya lakukan digitalisasi dengan ujian offline, ujian mid semester dan semester secara offline, serta pemilihan ketua Osis dengan sistem digital offline," jelasnya.

"Selain mengajar di sekolah, saya juga membagi waktu untuk mengatasi kesulitan orangtua murid dan masyarakat di mana saya mengabdi. Saya laksanakan dengan tulus demi mengatasi kesulitan masyarakat dan di lembaga pendidikan," jelasnya.

Selain itu, rumah kontrakan milik warga berlantai tanah dijadikan rumah belajar di luar jam sekolah.

Di sana dia mengajarkan les matematika, serta mata pelajaran lainnya.

Di rumah belajar Khamdan juga dibantu oleh istri yang mengajar di SMAN 4 Sambirampas sebagai guru 3T. 

Selain untuk dunia pendidikan, Khamdan juga mencoba berkontribusi untuk masyrakat.

Dia mengatasi kesulitan air bersih dengan membuat dua sumber mata air serta membangun bak penampung air di kampung itu. Biayanya berasal dari donatur dari Pulau Jawa.

Tugas Khamdan mengawasi pelaksanaan pembangunan sumber air bersih.

Gaji

Khamdan mengatakan, untuk guru 3T digaji Rp 2,9 sampai Rp 3 juta per bulan ditambah dengan tunjangan guru terpencil.

Gaji ini dia sebut sangat cukup, apalagi perhatian dan dukungan dari pemerintah yang baik.

"Dengan kondisi serba terbatas, saya tidak pernah mengeluh, tapi memicu saya untuk berbuat sesuatu dengan inovasi yang saya peroleh selama kuliah dan mengajar di Jawa Tengah," ujar Khamdan.

"Saya sungguh merasakan keadaan ini, namun saya mengatasinya dengan cara saya dengan inovasi-inovasi sesuai perkembangan teknologi serta membantu masyarakat setempat," kata Khamdan menambahkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com