Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Ganjar soal Jateng Punya Kasus Aktif Covid-19 Tertinggi di Indonesia

Kompas.com - 25/11/2020, 05:47 WIB
Riska Farasonalia,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tidak memungkiri adanya peningkatan angka kasus aktif Covid-19 di Jawa Tengah.

Menurutnya, tingginya kasus positif di Jateng disebabkan karena gencarnya tes Covid-19 yang dilakukan hingga melibihi target WHO.

Ganjar menyebut tes PCR di Jateng sebanyak 1.416 orang per 1 juta penduduk per minggu sudah melebihi target WHO sebanyak seribu orang per satu juta penduduk.

"Bahwa ada peningkatan betul dan ada peningkatan tes kita juga betul. Jadi kalau tes kita itu sudah melebihi dari target WHO sudah cukup tinggi," kata Ganjar saat ditemui di kantornya, Semarang, Selasa (24/11/2020).

Baca juga: Cegah Lonjakan Kasus Covid-19, Ganjar Usul Libur Bersama Akhir Tahun Ditiadakan

"Misalnya saya sebutkan, pada minggu keempat Oktober tes PCR Jateng 625 per 1 juta penduduk, naik menjadi 809 per 1 juta penduduk pada minggu 1 November dan sekarang mencapai 1.416 per 1 juta penduduk pada minggu ke-2 November," jelasnya.

Selain itu, Ganjar mengakui terjadi perbedaan data tingginya angka kasus aktif Covid-19 di Jateng yang diumumkan oleh Satgas Covid-19 pusat.

Satgas Covid-19 pusat mencatat penambahan kasus aktif Covid-19 di Jateng pada Senin (23/11/2020) sebanyak 10.494 orang.

Sementara, kasus aktif Covid-19 di Jateng hingga Selasa (24/11/2020) tercatat sebanyak 7.463 kasus.

Ganjar juga menyatakan, angka kasus aktif di Jateng tertinggi nasional dikarenakan delay input data.

“Makanya saya agak kaget itu karena kita katanya paling tinggi begitu, tapi kalau saya lihat datanya kok tidak sama begitu ya. Jadi kita coba cek ya karena ada angka yang disebutkan itu kita belum sampai ke sana. Setelah kita cek ternyata angka-angka itu angka-angka delay," tegasnya.

Baca juga: Sekolah Tatap Muka Diperbolehkan Mulai Januari 2021, Ganjar: Pemprov Akan Selektif

Ganjar menduga, delay data itu disebabkan karena proses input data tidak dilakukan melalui satu sistem.

"Padahal kalau mengisinya hanya satu di new all record system itu sebenarnya semua clear mestinya," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com