Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potret Perempuan Pekerja di Lahan Sawit, Diperkosa Bos hingga Keguguran karena Kerja Berat dan Takut Dipecat

Kompas.com - 24/11/2020, 14:24 WIB
Rachmawati

Editor

Kaum perempuan dalam keluarganya telah bekerja di perkebunan Malaysia yang sama sejak nenek buyutnya meninggalkan India saat masih bayi di awal tahun 1900-an.

Seperti banyak pekerja di kedua negara tersebut, mereka tidak mampu meninggalkan perumahan bersubsidi dari perusahaan, yang seringkali hanya terdiri dari deretan gubuk bobrok tanpa air mengalir.

“Saya rasa ini normal,” kata Indra. “Dari lahir sampai sekarang, saya masih di perkebunan.”

Baca juga: Suara Tangisan di Kebun Sawit, Ternyata dari Bayi di Dalam Karung

Bekerja tanpa tunjangan dan tanpa bayaran

Associated Press media dari Amerika Serikat melakukan investigasi komprehensif pertama yang berfokus pada perlakuan brutal terhadap perempuan dalam industri minyak sawit, termasuk pelecehan seksual, mulai dari pelecehan verbal dan ancaman hingga pemerkosaan.

Investigasi tersebut adalah bagian dari pandangan yang lebih mendalam tentang industri yang sering bersinggungan dengan beberapa pelanggaran, termasuk perdagangan manusia, pekerja anak dan perbudakan langsung.

Dan kejadian tersebut terjadi baik di Indonesia dan Malaysia.

Baca juga: Kisah Pilu Habisnya Hutan Adat di Papua demi Perluasan Lahan Kelapa Sawit...

Dalam industri ini, perempuan dibebani dengan beberapa pekerjaan yang paling sulit dan berbahaya di industri tersebut.

Mereka menghabiskan berjam-jam di air yang tercemar oleh bahan kimia dan membawa beban yang sangat berat sehingga seiringkali berimplikasi pada rahim mereka.

Selain itu banyak perempuan yang dipekerjakan oleh subkontraktor dengan jam kerja setiap hari tanpa tunjangan, melakukan pekerjaan yang sama untuk perusahaan serupa selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun.

Baca juga: Hutan Adat Papua Habis Diganti Lahan Sawit, AMAN Singgung RUU 10 Tahun Belum Disahkan

Mereka sering bekerja tanpa bayaran demi membantu suami memenuhi kuota harian yang tidak mungkin dilakukan.

“Hampir setiap perkebunan memiliki masalah terkait perburuhan,” kata Hotler Parsaoran dari kelompok nirlaba Indonesia Sawit Watch.

Kelompok ini telah melakukan investigasi ekstensif atas pelanggaran di sektor minyak sawit.

"Tapi kondisi pekerja perempuan jauh lebih buruk daripada laki-laki.”

Parsaoran mengatakan hal tersebut adalah tanggung jawab pemerintah, petani, pembeli multinasional besar, dan bank yang membantu mendanai ekspansi perkebunan.

Baca juga: Begini Cara Kemnaker Tingkatkan Kualitas KNK di Perkebunan Kelapa Sawit

Mereka diharapkan dapat mengatasi masalah yang terkait dengan minyak sawit.

Minyak sawit sendiri terdapat di hampir produk perawatan pribadi, mulai dari maskara dan sabun hingga krim anti penuaan dini.

AP mewawancarai lebih dari tiga lusin perempuan dan anak perempuan dari setidaknya 12 perusahaan di seluruh Indonesia dan Malaysia.

Pemerintah Malaysia mengatakan belum menerima laporan tentang pemerkosaan di perkebunan, tetapi Indonesia mengakui pelecehan fisik dan seksual tampaknya menjadi masalah yang berkembang.

Apalagi sebagian besar korban takut untuk angkat bicara.

Baca juga: Viral Video Perempuan Jadi Sopir Truk Pengangkut Sawit, Ini Cerita di Baliknya...

Sebanyak 7,6 juta perempuan bekerja di industri sawit

Seorang pekerja perempuan berjalan dengan penyemprot pestisida di punggungnya di perkebunan kelapa sawit di Sumatera, Indonesia, Sabtu, 8 September 2018. Beberapa pekerja menggunakan pasta kuning yang terbuat dari bubuk beras dan akar lokal sebagai tabir surya.AP/Binsar Bakkara Seorang pekerja perempuan berjalan dengan penyemprot pestisida di punggungnya di perkebunan kelapa sawit di Sumatera, Indonesia, Sabtu, 8 September 2018. Beberapa pekerja menggunakan pasta kuning yang terbuat dari bubuk beras dan akar lokal sebagai tabir surya.
Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar di dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com