Usaha Safrudin pun bertahan. Motif tenun ikat itu memang lain dari yang lain.
Apalagi, Rumah Kreatif Hulnani juga mengembangkannya dengan memproduksi masker dengan lapisan di dalamnya sehingga memenuhi standar medis.
Perubahan kembali terjadi sejak Juni lalu, saat pemberlakuan tatanan kehidupan baru.
Kali ini, bukan perubahan negatif. Toko suvenir kembali buka dengan memberlakukan protokol kesehatan.
Pesanan kopiah, tas, dan topi tenun ikat mengalir lagi. Rezeki besar mengalir. Pesanan datang dari luar Kupang, seperti Timor Tengah Utara dan Sikka.
Baca juga: 2 Pegawai BPR Nganjuk Terpapar Corona, Ini Gejala Awalnya
Kocek Syafrudin tebal lagi. Satu kopiah dijual Rp 100.000, tas antara Rp 150.000 dan Rp 250.000 dan topi bisa sampai Rp 250.000.
"Permintaan melonjak sampai saya kewalahan memenuhinya," ujar dia.
Masker yang dibuat Safrudin berasal dari motif seluruh NTT, tergantung dari permintaan.
Dia menyebut, masker berbahan dasar motif daerah saat ini menjadi modis atau tren baru.
Safrudin berharap, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang saat ini digelutinya, mendapat perhatian khusus dari pemerintah.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan