Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan BMKG soal Fenomena Hujan Es Belakangan Ini

Kompas.com - 23/11/2020, 20:48 WIB
Setyo Puji

Editor

KOMPAS.com - Fenomena hujan es belakangan marak terjadi di sejumlah daerah.

Di Lombok Timur, NTB, hujan es dan angin puting beliung terjadi pada Minggu (22/11/2020) lalu.

Akibatnya, puluhan rumah warga di Desa Kota Raja, Desa Prian, dan Pringga Jurang mengalami kerusakan.

Kondisi serupa juga terjadi di Bali. Meski tidak sampai menyebabkan rumah rusak dan korban jiwa, namun selama satu pekan terakhir ini fenomena hujan es melanda pulau dewata tersebut.

Hujan es yang pertama terjadi pada Kamis (19/11/2020) di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.

Hujan es kedua, terjadi pada Minggu di Desa Tista, Busungbiu, Buleleng.

Baca juga: Dalam Sepekan, Bali 2 Kali Dilanda Hujan Es, Apa yang Terjadi?


Penjelasan BMKG

Menyikapi fenomena hujan es itu, Prakirawan cuaca BMKG Wilayah III Denpasar Eka Putra menganggap hal yang lumrah terjadi.

"Hujan es pada dasarnya untuk wilayah Indonesia secara umum bukan sesuatu yang luar biasa, hal tersebut lumrah terjadi," katanya saat dihubungi, Senin (23/11/2020) pagi.

Menurutnya, hujan es itu disebabkan adanya awan kumulonimbus. Awan ini terbentuk saat musim peralihan antara musim kemarau dan musim penghujan.

Baca juga: Hujan Es Landa Lombok, Puluhan Rumah di 3 Desa Rusak

Sehingga saat hujan turun, butiran es ikut jatuh.

"Kalau misalkan es yang jatuh dari awan dan tak mencair semua, itu yang menyebabkan adanya hujan es, ini berupa kristal sebesar kelereng," kata dia.

Meski demikian, pihaknya menyebut es yang turun di wilayah Indonesia dianggap lebih kecil. Hal itu karena terpengaruh dengan suhu yang relatif lebih hangat dibanding wilayah lain.

"Untuk wilayah kita karena cenderung hangat suhunya, jadi ukuran kristalnya kecil-kecil dan tak perlu dikhawatirkan," katanya.

Penulis : Imam Rosidin, Idham Khalid | Editor : David Oliver Purba

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com