TAPANULI TENGAH, KOMPAS.com - Josua Hutagalung, pria pembuat peti mati asal Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, menyebut bahwa batu meteor yang dia temukan sudah diberi nama.
"Nama meteoritnya Kolang," tulis Josua di beranda halaman akun Facebook miliknya, Jumat (20/11/2020).
Pemberian nama Kolang itu mendapat sambutan dari netizen. Salah satunya Roberto Vargas.
Pria yang diketahui sebagai kolektor bebatuan meteor tersebut mengucapkan selamat kepada Josua.
"Congratulation Josua Hutagalung," tulis Roberto.
Josua pun membalas ucapan selamat tersebut dan mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih Pak Roberto, karena sudah terlibat dalam penelitian meteorit kolang," ucap Josua dalam bahasa Inggris.
Josua menyarankan, agar nama Kolang bisa diganti menjadi Satahi Nauli (bahasa Batak), nama desa tempat Josua tinggal yang sekaligus menjadi lokasi batu meteor ditemukan.
Menurut Josua, Satahi Nauli memiliki makna yang luar biasa bagi suku Batak.
Apabila diartikan bermakna, satu kata yang indah atau satu pendapat yang indah.
"Tapi tidak apa-apa jika tidak bisa dirubah, yang penting meteorit sudah diteliti dan bisa mendidik banyak orang. Terima kasih banyak Pak Roberto," kata Josua.
Roberto membalas, ia juga setuju dengan usulan Josua. Namun, ia tidak bisa memutuskannya.
"Saya berharap itu bisa, saya lebih menyukai nama Satahi Nauli daripada Kolang. Sayangnya itu bukan terserah saya. Nama ini diputuskan oleh panitia nomenklatur," balas Roberto.
Menurut Josua, batu meteor yang dia temukan sedang diteliti di Lunar and Planetary Institute (LPI), Houston, Texas, Amerika Serikat.
Seperti diketahui, batu meteor Josua dicatat dalam Meteoritical Bulletin, sebagai sumber utama dan resmi untuk informasi tentang meteorit baru oleh Meteoritical Society (MS).
MS adalah sebuah organisasi ilmiah nirlaba di Chantilly, Virginia, AS, yang didirikan pada 1933.
Lembaga itu untuk mempromosikan penelitian dan pendidikan dalam ilmu planet dengan penekanan pada studi meteorit dan bahan luar angkasa lainnya yang memajukan pemahaman tentang asal-usul dan sejarah tata surya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.