Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sejak Nenek Moyang Kami Sudah Hidup dari Sopi"

Kompas.com - 14/11/2020, 13:25 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Khairina

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Larangan Minuman Beralkohol yang saat ini dibahas oleh Badan Legislatif DPR RI menuai protes dari masyarakat Kampung Kiupasan, Desa Letmafo, Kecamatan Insana Tengah, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur.

Di kampung yang berjumlah 300 lebih orang, sebagian besar warganya berprofesi sebagai pembuat minuman keras tradisional jenis sopi.

"Sekitar 60 persen penduduk di kampung kami ini mata pencarian sebagai pembuat sopi. Kalau nanti tidak produksi sopi berarti kami pasti mati. Nanti anak sekolah minta uang kami mau ambil di mana? Kami mau makan minum bagaimana," ungkap Piet Ele (50), warga Kampung Kiupasan, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (14/12/2020).

Baca juga: Sopi Masuk RUU Larangan Minuman Beralkohol, Pemprov: Itu Artinya Menghapus Budaya NTT

Menurut Piet, pekerjaan sebagai pembuat sopi sudah digeluti warga satu kampung itu sejak turun temurun.

Piet mengaku, dia dan istrinya Yohana Haki (48) sudah bekerja memproduksi sopi sejak 30 tahun lalu.

"Kami ini sejak nenek moyang kami sudah hidup dari sopi, sehingga kami pasti tolak aturan yang menyusahkan kami," tegas Piet.

Dari hasil usaha sopi itu, dia mampu menyekolahkan tiga orang anaknya hingga tamat SMA.

Pemasukan dari sopi terbilang sangat besar bagi dia dan warga di kampungnya karena mampu mendapat uang sebanyak Rp 300.000 hingga Rp 400.000 per harinya.

Piet menuturkan, sehari dirinya mampu memproduksi sopi sebanyak 15 liter.

Sopi yang dihasilkan dari buah pohon lontar itu, kata Piet, dibagi menjadi tiga jenis, yakni sopi tetes, sopi kepala dan sopi biasa.

Untuk sopi tetes paling mahal karena produksinya memakan waktu lebih dari dua jam untuk bisa menghasilkan satu botol ukuran 620 mililiter.

Satu botol sopi tetes dijual Rp 50.000. Sedangkan sopi kepala per botol Rp 25.000 dan sopi biasa Rp 10.000 sebotolnya.

Menurut Piet, sopi yang dijualnya itu laris manis dan selalu dibeli oleh masyarakat dari luar kampungnya karena sudah terkenal.

Bahkan, kata Piet, pembeli sopi berasal dari luar Kabupaten TTU seperti Belu, Malaka, TTS hingga Kota Kupang.

Sopi dari kampungnya juga digunakan sebagai bahan baku untuk minuman keras Sophia yang diluncurkan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat beberapa waktu lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com