BANGKA, KOMPAS.com - Kotak-kotak kayu berukuran 30 x 10 sentimeter berbaris rapi di sela tanaman karet petani di Desa Pelangas, Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung.
Kawanan lebah terlihat beterbangan di sekitar kotak kayu tersebut.
Untuk mendekatinya, pengunjung harus mengenakan alat pelindung diri.
Ini adalah salah satu sentra budidaya lebah madu.
Baca juga: BPOM: Madu Palsu Tak Layak Dikonsumsi, Terutama Penderita Diabetes
Masyarakat setempat menyebutnya dengan madu kelulut. Madu dengan rasa manis, sedikit encer berpadu dengan aroma bunga.
Budidaya madu mulai digencarkan sejak 3 tahun terakhir.
Selama pandemi Covid-19, produksi madu tetap dilakukan, meskipun dengan jumlah terbatas.
Masyarakat setempat mengemas madu sesuai pesanan, sehingga rasa dan keasliannya tetap terjaga.
"Kami produksi untuk jenis madu kelulut. Budidaya menggunakan kotak kayu dengan panen dua kali seminggu," kata petani madu di Desa Pangkalberas, Saidin kepada Kompas.com, Jumat (13/11/2020).
Baca juga: Selama 1 Tahun, Keuntungan Jual Madu Banten Palsu Mencapai Rp 8 Miliar
Saidin menuturkan, panen dilakukan terbatas, karena pasar penjualan madu masih bersifat lokal.
Beberapa kali pengiriman dilakukan ke luar daerah, namun belum konsisten.
Biasanya pedagang pengepul akan melakukan pemesanan apabila stok di toko-toko sudah habis terjual.
"Sekarang sudah banyak yang mengusahakan madu koloni ini, karena desa ini dicanangkan juga sebagai penghasil madu alam. Pengunjung bisa datang dengan mencicipi langsung di koloni madu para petani," ujar Saidin.
Baca juga: Penjual Madu Palsu Mengaku Sebagian Keuntungan untuk Yatim Piatu
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.