Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Dampak La Nina, Pemprov Kalbar Siapkan Penanganan Batingsor

Kompas.com - 13/11/2020, 16:35 WIB
Hendra Cipta,
Dony Aprian

Tim Redaksi

PONTIANAK, KOMPAS.com – Fenomena La Nina yang terjadi di Samudera Pasifik diprediksi akan mengakibatkan anomali cuaca berupa peningkatan curah hujan yang terjadi di Kalimantan Barat (Kalbar).

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BKMG), prakiraan dampak La Nina terjadi pada akhir 2020 hingga awal 2021.

Sebagian besar wilayah Indonesia saat ini sudah memasuki musim hujan sejak Oktober hingga November 2020.

“Sebagian besar wilayah Indonesia termasuk Kalbar akan terdampak La Nina. Curah hujan akan tinggi sehingga akan menyebabkan terjadinya bencana hidrometeorologi yakni banjir, puting beliung dan tanah longsor (batingsor),” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kalbar A Leysandri usai Apel Siaga La Nina di kantor Gubernur Kalbar, Jumat (13/11/2020).

Baca juga: Terduga Penghina Gubernur Kalbar Saat Demo Masih di Bawah Umur

Leysandri menjelaskan, bencana alam batingsor akan membawa dampak negatif berupa kerusakan tempat tinggal dan bangunan, penurunan ekonomi serta penularan wabah penyakit.

“Tentunya harus menjadi perhatian kita bersama, mengingat akibat dari dampak negatif tersebut perlu kita melakukan kesiapsiagaan seluruh komponen dalam menghadapi ancaman bencana harus ditingkatkan,” ujar Leysandri.

Selain itu, lanjut Leysandri, apel ini dilaksanakan untuk menginformasikan kepada masyarakat bahwa seluruh aparatur negara baik komponen pemerintah pusat, pemerintah daerah dan TNI-Polri siap memberikan rasa aman kepada masyarakat dan siap hadir di tengah-tengah masyarakat.

Menurut dia, bencana yang sering terjadi saat musim penghujan yaitu banjir dan tanah longsor.

Baca juga: Antisipasi Dampak La Nina, Bupati Lamongan Minta Petugas Bendungan Lebih Waspada

Kedua jenis bencana tersebut memiliki kaitan pada kelestarian hutan. Artinya hutan merupakan sumber kesejahteraan bagi masyarakat yang di sekitarnya.

"Satu hal yang harus menjadi perhatian kita bersama bahwa untuk menghadapi ancaman bencana alam, selain kesiapsiagaan yang baik, kita harus juga mempertahankan dan menjaga hutan-hutan yang masih ada, sebab semakin rusak hutan semakin mudah bencana alam datang," terang Leysandri.

Mengutip pemberitaan Kompas.com, Minggu (4/10/2020), Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim  BMKG Indra Gustari menjelaskan, La Nina secara umum dapat dikatakan sebagai fenomena iklim yang berlawanan dengan El Nino atau fenomena iklim pemanasan atau kemarau panjang.

"Jika peristiwa El Niño dikaitkan dengan pemanasan di Pasifik tropis bagian tengah dan timur. Sedangkan, kejadian La Niña adalah kebalikannya," ujar Indra saat dihubungi Kompas.com, Minggu (4/10/2020).

Dengan demikian, yang terjadi pada fenomena La Nina adalah pendinginan yang tidak biasa di mana anomali suhunya melebihi minus 0,5 derajat celcius di area yang sama dengan El Nino. La Nina merupakan anomali sistem global yang cukup sering terjadi dengan periode ulang berkisar antara dua sampai tujuh tahun.

Kejadian La Nina terjadi saat Samudera Pasifik dan atmosfer di atasnya berubah dari keadaan netral (normal) pada periode waktu dua bulan atau lebih.

Perubahan di Samudera Pasifik dan atmosfer yang ada di atasnya ini terjadi dalam siklus yang dikenal dengan sebutan El Nino–Southern Oscillation (ENSO).

Saat itu, atmosfer dan lautan saling berinteraksi, memperkuat satu sama lain, dan menciptakan putaran yang saling mengamplifikasi (memperkuat) perubahan kecil di lautan.

Jika kopel (couple) antara lautan dan atmosfer sudah sepenuhnya terjadi maka ENSO dikatakan telah terbentuk.

Proses munculnya La Nina

Mekanisme terbentuknya La Nina berawal saat Angin Passat (trade wind), kolam air laut yang hangat dapat mencapai lebih jauh ke Pasifik barat, termasuk. Sehingga Perairan Indonesia lebih hangat dari biasanya.

Adapun Samudera Pasifik bagian tengah akan lebih dingin dari biasanya dan termoklin akan lebih dangkal di timur.

Akibatnya, air laut lebih dingin dari level bawah naik ke permukaan sebagai penguatan upwelling.

"Konveksi dan pembentukan awan menguat di wilayah Indonesia, seiring dengan sirkulasi Walker juga menguat," kata Indra.

Dampak La Nina

Dampak utama dari fenomena La Nina ke cuaca atau iklim di Indonesia yakni timbulnya peningkatan curah hujan.

Akan tetapi, kondisi topografi di Indonesia yang berbeda-beda maka dampak La Nina di Indonesia pun tidak seragam di seluruh wilayah.

"Berdasarkan kajian ilmiah dari histori kejadian-keadian sebelumnya, dampak La Niña berupa peningkatan curah hujan terjadi terutama di bagian tengah dan timur wilayah Indonesia," kata Indra.

Untuk itu, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap dampak ikutan dari curah hujan tinggi yaitu bencana hidrometeorologis seperti banjir dan longsor.

Beberapa hal yang dapat dilakukan masyarakat misalnya, dengan melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Di antaranya dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air yang berlebih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com