Salah satunya adalah dengan pendekatan artificial intelligence (AI/kecerdasan buatan).
"Kita perlu mengembangkan diagnostik dengan mengumpulkan data-data madu baik asli maupun palsu, kemudian diolah dengan pendekatan AI, sehingga sistem AI tersebut bisa membedakan mana yang asli dan mana yang palsu," kata peneliti yang rutin mengikuti konferensi perlebahan tingkat dunia ini.
Saat ini, menurut Sahlan, pihaknya sedang mengembangkan pendekatan AI dengan menggunakan database dari spektrum sinar inframerah.
"Kami membuat database spektrum sinar inframerah dari madu asli dan palsu, kemudian diolah sehingga dengan spektrum sinar inframerah (infrared) ini bisa membedakan mana yang asli dan madu," ujarnya.
Untuk mendapatkan data tentang madu, ia mengatakan perlu berkolaborasi dengan banyak peternak dan pemburu madu yang tepercaya. Mereka diminta mengumpulkan sampel madunya untuk dimasukkan ke database.
"Kemudian dari informasi teknik pemalsuan madu yang beredar, kita bisa membuat madu palsu tersebut," jelasnya.
Baca juga: Kapolda Banten Akui Sulit Bedakan Madu Palsu dan Asli
Sahlan mengatakan, pihaknya kini sedang meneliti metode deteksi keaslian madu dengan infrared. Bahkan, pihaknya sudah memiliki alat tersendiri yang ditempatkan di Laboratorium Jasa Departemen Teknik Kimia pada Fakultas Teknik UI.
Sistemnya sudah didaftarkan ke lembaga paten. Sementara penelitiannya sudah dipublikasikan di sejumlah jurnal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.