Perlawanan Belanda
Perlawanan Belanda berhasil menumbangkan suami Ratumas Sina.
"Belum genap satu tahun pernikahannya, pada 1902, suami Ratumas Sina gugur dalam sebuah serangan terhadap markas pasukan Belanda di Sungai Alai," kata Ali yang kini juga berstatus sebagai pamong budaya.
Dalam serangan pasukan Pangeran Haji Umar tersebut, banyak serdadu Belanda berhasil
dibunuh. Ratusan senjata serta amunisi (misiu) milik kolonial berhasil dirampas.
Baca juga: Cendera Mata Lapik Koto Dian, dari Kursi Depati hingga Pelaminan
Pimpinan pasukan Belanda di Sungai Alai marah besar terhadap Pangeran Haji Umar.
Jenazah suami Ratumas Sina diperlakukan dengan keji oleh pasukan Belanda.
Kedua tangan mayat dibentangkan pada sebatang kayu dan dipaku.
Lalu, kulit kepalanya dikelupas.
"Mayat yang sudah memprihatinkan itu kemudian diarak Belanda ke khalayak ramai," kata Ali.
Sampai saat ini, tidak ada seorang pun yang mengetahui akhir dari nasib yang dialami jenazah suami Ratumas Sina dan letak pusara atau kuburnya.
Balas dendam
Perlakuan buruk dari Belanda terhadap suaminya membuat Ratumas Sina geram.
Dia pun menggempur pertahanan Belanda di semua tempat, bersama pasukan Haji Umar.
Setelah penyerangan di Sungai Alai, pasukan ini secara berkala terus melakukan serangan mendadak terhadap kedudukan-kedudukan penting serdadu Belanda, antara lain Ulu Tebo, Muaro Bungo, sampai ke Merangin.
"Dalam setiap serangan gerilya dan malam hari, pasukan Belanda banyak yang terbunuh," kata Ali.
Ratumas Sina terus meningkatkan ilmu perang dan ilmu bela diri dengan Haji Umar, Pangeran Seman, dan Pangeran Diponegoro.