Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berjuang Lawan Deforestasi, Perempuan Ini Antar 5 Desa Hutan Bujang Raba Raup Rp 1 M dari Jual Karbon

Kompas.com - 11/11/2020, 07:27 WIB
Suwandi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Perjuangan jual karbon, hingga raup Rp 1 Miliar

Pemetaan sebelum dan sesudah adanya izin pengelolaan hutan oleh masyarakat, menunjukkan sebelum ada izin, deforestasi dari 1993-2013 di lansekap Bujang Raba, sekitar 1,6 persen hutan dibabat. Itu luasnya sekitar 4×4 lapangan bola.

Setelah dikelola masyarakat, kata Emmy, pemetaan 2013-2018 tidak ada pembukaan masyarakat. Sudah sah zero deforestasi.

Maka Emmy menyusun skema imbal jasa karbon. Dia ingin mempertemukan sukarelawan yang ingin mendanai pengelolaan hutan, dengan masyarakat pengelola hutan Bujang Raba.

Imbal jasa karbon ini, menghitung berapa jumlah karbon yang dapat diserap kawasan hutan. Semua diukur, mulai dari lebar dan tinggi pohon, serta keragaman hutan.

Hasil audit dan validasi dari lembaga Plan Vivo atau lembaga validasi karbon, Bujang Raba mampu menyerap banyak karbon, masuk kategori hutan primer dengan serapan karbon tinggi.

Emmy pun mengakses sukarelawan yang ingin berkontribusi dalam imbal jasa karbon. Tujuannya, menghentikan dampak buruk perubahan iklim.

Dia aktif mengikuti conference of the parties (COP) sejak 2015 di Paris sampai COP di Polandia 2018 lalu.Pada kesempatan itu, dia menyampaikan, masyarakat lokal telah berkontribusi secara nyata, untuk melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

“Saya tidak menduga banyak orang tertarik, untuk terlibat dalam skema imbal jasa karbon,” kata Emmy lagi.

Perjuangan Emmy berbuah manis, pada 2019 lalu, masyarakat pengelola hutan Bujang Raba, menerima uang Rp 350 juta, lalu pada 2020 ini, mendapatkan Rp 1 milar.

Lebih jauh, kata Emmy, tahun berikutnya, akan mendapatkan Rp 1 miliar lagi.

Baca juga: Kala Perubahan Iklim Buat Ilmu Puluhan Tahun Petani Gunungkidul Jadi Sering Salah

Hasil jual karbon bikin warga lebih bahagia

Uang imbal jasa karbon ini, sambung Emmy digunakan untuk biaya patroli hutan warga lokal, pembelian bibit tanaman seperti kopi dan pinang.

Lalu untuk program sosial, bantuan sembako saat pandemi dan lebaran. Semua warga dapat, itu ada 2.000 paket sembako dibagikan.

Uang dikelola masyarakat untuk sunatan massal dan beasiswa ada 150 anak. Kemudian bantuan paket daging.

Bantuan sosial lainnya seperti santunan anak yatim, difabel dan lansia. Semua diberikan jatah, Rp 200.000 per orang.

Atas permintaan pemuda, juga dibangun sarana olahraga dan perlengkapan sekretariat pengelola hutan seperti perangkat GPS, Laptop dan Printer.

Tidak hanya itu, dana imbal jasa karbon juga digunakan untuk merenovasi masjid di semua desa, yang terlibat menjaga hutan lindung Bujang Raba.

"Saya senang. Saat melihat warga lokal bahagia, menikmati hasil kerja mereka menjaga hutan. Itulah kepuasaan tertinggi," tutup Emmy.

Kesuksesan warga lokal dalam menjaga hutan adalah potret kecil dalam isu konservasi berbasis pemberdayaan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Tentunya, masih banyak peluang dan harapan untuk mengelola hutan di Jambi, agar terhindar dari kerusakan dan memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar hutan.

Emmy belum mau berhenti berjuang.

Baca juga: Perkebunan Sawit Penyumbang Terbesar Deforestasi di Kalimantan Timur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com