Nia menjadi seorang difabel setelah bus yang ditumpanginya mengalami kecelakaan lalu lintas di Alas Roban. Busnya masuk jurang. "Tangan kanan saya putus, terhimpit sekat kaca bus," katanya.
Saat itu, Nia hendak menuju Universitas Udayana, Bali. Nia yang aktif di organisasi kemahasiswaan akan mengikuti Kemah Wanabakti. "Saya senang ikut Pramuka, dan aktivitas kemahasiswaan yang lainnya," katanya.
Namun nasib berkata lain, bus yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. "Sejak saat itu saya difabel," ucapnya.
Meski mengalami keterbatasan fisik, tak menyurutkan Nia untuk berkarya. Dia bertekad untuk membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukan halangan.
"Saya harus buktikan. Saya ingin jadi motivasi bagi difabel lainnya. Jangan putus asa, jangan menyerah," tegasnya.
Nia menegaskan, tidak ada sesuatu yang tak mungkin. "Segala sesuatu bisa karena dibiasakan," jelasnya.
Baca juga: Mengolah Cacing Merah Jadi Pundi-pundi Rupiah, Kisah Petani Desa Rejosari Riau (1)
Nia memberdayakan warga sekitar untuk membantunya memproduksi nata de coco. Awal berdiri, hanya Nia dan suami yang membuat nata de coco.
Seiring berkembangnya perusahaan miliknya, Nia membutuhkan bantuan karyawan untuk memproduksi barang. Dia pun memberdayakan ibu-ibu warga setempat untuk mengolah air kelapa hingga menjadi nata de coco.
"Yang di sini ada 42 orang (karyawan). Selain itu ada penyuplai air kelapa, pemasok kayu bakar. Total bisa lebih dari 42 orang," katanya.
Salah satu karyawannya adalah Rumsini. Dia baru bekerja selama 2 tahun di perusahaan nata de coco tersebut. "Sebelumnya, saya TKW di Malaysia," kata Rumsini.
Rumsini mengaku lebih baik bekerja di tempat Nia, daripada bekerja di luar negeri. Kerja di luar negeri sistemnya kontrak. "Di sini dekat rumah, dekat keluarga," katanya.
Rumsini diberi upah harian di perusahaan nata de coco tersebut. Dia dibayar Rp 35.000 dengan lama kerja 8 jam sehari. "Lumayan bisa bantu-bantu perekonomian keluarga, bisa bantu suami," katanya.
Baca juga: Tak Ada Listrik dan Internet, Ini Kisah Anak-anak Suku Talang Mamak Belajar Saat Pandemi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.