Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nia, Dulu Ditolak Kerja karena Cacat, Kini Punya 42 Karyawan Usaha Nata De Coco

Kompas.com - 10/11/2020, 07:40 WIB
Candra Nugraha,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PANGANDARAN, KOMPAS.com - Enok Sri Kurniasih, warga Kampung Citaman, Desa Cicapar, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, merupakan perempuan tangguh.

Betapa tidak, dengan segala keterbasan yang dimiliknya, ia mampu merintis usaha nata de coco dari yang tidak punya karyawan hingga kini memiliki lebih dari 42 karyawan.

Ya, Nia, panggilan akrab Enok Sri Kurniasih adalah seorang penyandang disabilitas atau difabel. Tangan kanannya putus saat ia mengalami kecelakaan lalu lintas di daerah Alas Roban, Semarang, tahun 1995 silam.

Ditemui di pabrik nata de coco miliknya, Senin sore (9/11/2020), Nia menceritakan jatuh bangun dalam menjalankan usaha tersebut. Dia mengatakan, pasca selesai kuliah, ia melamar ke sejumlah perusahaan.

Namun karena mengalami keterbatasan fisik, pekerjaan sulit didapat. "Sangat sulit cari kerjaan. Tapi Alhamdulillah, Allah membuka kerjaan yang lain bagi saya," jelas Nia.

Baca juga: Kisah Edi Bertahan di Masa Pandemi, dari Juragan Furnitur Jadi Penjual Ketan Bakar

Sulit cari kerja, pilih buka usaha nata de coco

Saat itu, ia dan suaminya mencoba usaha pembuatan nata de coco. Usaha ini dipilih karena bahan baku yang sangat melimpah.

"Prospek kedepan sangat cerah, pasar sangat luas dan bahan baku sangat banyak. Tersedia setiap saat," kata Nia.

Wilayah Kabupaten Ciamis, memang penghasil kelapa, yang airnya menjadi bahan baku nata de coco.

Dipilihnya usaha ini, karena Nia memiliki sedikit pengetahuan dalam hal pembuatan nata de coco. Dia sebelumnya pernah bekerja di perusahaan nata de coco.

Dengan modal tersebut, usaha nata de coco ini mulai dirintis tahun 2006. Nia mengumpulkan air kelapa yang dibuang atau limbah, dari tempat pemarutan kelapa, tukang minyak kelapa hingga tukang wajit.

"Bahan yang ada kita olah. Dari tadinya limbah kita manfaatkan, sehingga bernilai ekonomis," katanya.

Baca juga: Pasar Rakyat Ala RT di Bandung Ramai Peminat, Geliatkan Ekonomi Warga Terdampak Covid-19

Sempat terseok, lalu jadi mitra binaan BI

Usaha yang digelutinya tidak selamanya berjalan mulus. Sejak dirintis tahun 2006, usahanya terseok-seok dan sempat vakum.

"Tahun 2009 mulai bangkit. Tahun 2014, saya mendapat pembinaan dari Bank Indonesia, kantor wilayah Tasikmalaya," katanya.

Ketika awal membuka usaha, Nia kesulitan dalam memproduksi nata de coco. Dia mengakui bahwa dirinya bukan ahli fermentasi.

Namun dengan niat yang kuat, Nia terus belajar dan memperdalam ilmu tentang fermentasi tersebut. "Dengan terus belajar, semuanya bisa diatasi," jelasnya.

Nia juga merasa terbantu dengan adanya siswa SMK yang melaksanakan kegiatan pra kerja dan mahasiswa perguruan tinggi yang melakukan kuliah kerja nyata hingga penyusunan tesis dengan meneliti usaha nata de coco di tempatnya.

"Banyak orang yang menyusun skripsi, secara tak langsung saya belajar juga dari sana (mahasiswa). Kita sinergitas dengan dunia pendidikan, simbiosis mutualisme. Berbagi ilmu," ujar Nia.

Baca juga: Foto Viral Gadis Penjaga Warung Kopi Mirip Anya Geraldine, Pembeli sampai Ogah Pulang

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com