DENPASAR, KOMPAS.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, masyarakat Indonesia tak hanya dihadapkan dengan pandemi Covid-19.
Namun juga adanya fenomena anomali iklim global.
"Fenomena anomali iklim global akibat terjadinya anomali suhu muka air laut di samudera pasifik tengah ekuator," kata Dwikorita dalam acara "Sekolah Lapang Cuaca Nelayan Provinsi Bali tahu 2020," di Balai BMKG Wilayah lll Denpasar, Bali, pada Senin (9/11/2020).
Ia menjelaskan, saat ini suhu muka air laut di Samudera Pasifik lebih dingin dibandingkan suhu muka air laut di wilayah Indonesia yang hangat. Hal itu karena matahari semakin mendekat di sekitar ekuator.
Perbedaan suhu yang signifikan itu menyebabkan terjadinya aliran masa udara basah dari Samudera Pasifik menuju pulau-pulau di Indonesia. Fenomena itu menyebabkan intensifnya pembentukan awan hujan.
Baca juga: Cerita Pensiunan TNI Kembangkan Tanaman Hias, Kewalahan Penuhi Permintaan Kios Selama Pandemi
Sehingga, BKMG memprediksi curah hujan meningkat di wilayah Indonesia. Peningkatan ini bervariasi di sejumlah wilayah.
Dwikorita meyebutkan, peningkatan curah hujan diprediksi mencapai 20 sampai 40 persen.
"Tergantung wilayahnya dimana. Hal itulah yang perlu diwaspadai dengan meningkatnya curah hujan ini. Selain, berpotensi terjadi hujan lebat disertai angin kencang, dan kilat petir," Jelasnya.
Di wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan, BMKG memprediksi curah hujan akan meningkat pada November.
Samudera Indonesia juga mengalami peningkatan curah hujan sekitar 50 persen hingga November dan Desember.