Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Foto Kakek Gendong Jasad Cucu Pakai Jarik, Pulang Naik Motor, Ini Duduk Perkaranya

Kompas.com - 08/11/2020, 13:54 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BLORA, KOMPAS.com - Seorang kakek berjalan keluar dari RSUD dr R Soeprapto Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah dengan menggendong jasad mungil cucunya menggunakan selendang jarik menghebohkan masyarakat.

Kabar tersebut awalnya viral di jagat maya setelah akun Facebook "Sugiyanto" berupaya memosting status terkait hal itu.

Hanya saja, dalam perkembangannya postingan tersebut akhirnya dihapus.

Dalam unggahannya, Sugiyanto mengupload foto seorang lelaki tua berjaket hitam mengenakan helm serta bermasker sedang menggendong bayi.

Baca juga: Kepala Puskemas: Nenek yang Jalan Kaki Bawa Jasad Bayi Tak Pakai Mobil Jenazah karena Buru-buru

 

Ia nampak hendak membonceng seorang pria yang sudah siap di atas motor. Dari postingan foto itu, Sugiyanto juga memberi keterangan untuk lebih memperjelas.

"Seorang kakek yang raut wajahnya nampak sedih sedang membawa cucunya yang dirawat di RSUD dr R Soeprapto Cepu udah meninggal dan dibawa pulang naik sepeda motor. Kejadian ini terjadi pagi ini tanggal 5 November 2020 jam 06.48 WIB," kata Sugiyanto mendeskripsikan foto tersebut.

Sugiyanto saat dihubungi wartawan mengaku jika apa yang dipostingnya tersebut adalah sebuah kesaksiannya yang didokumentasikan.

"Jadi saat itu saya sedang mengantar istri kontrol di RSUD Cepu. Saat itu banyak pengunjung yang heboh lantaran ada seorang kakek menggendong mayat bayi yang tak lain adalah cucunya. Ia berjalan keluar dari ruangan menuju parkiran," kata Sugiyanto.

Baca juga: Gendong Jasad Bayinya, Maria Menangis Histeris, Suami dan Anak Kembar Tewas Tertimbun Longsor

Iba dengan kakek, postingan dihapus

Sugiyanto yang kebetulan berada tak jauh dari kakek tersebut kemudian berupaya untuk mengabadikan momen tersebut. Saat itu, kakek tersebut sudah berada di lokasi parkir RSUD dr R Soeprapto Cepu.

"Foto itu saya ambil saat di parkiran sebelah timur. Kakek itu membonceng seorang lelaki menggunakan motor meninggalkan RSUD Cepu. Saat itu banyak ibu-ibu yang bilang, 'Ada bayi mati... Ada bayi mati... Iku piye kok ditumpakno motor' (Itu kenapa kok dibawa pulang dengan naik motor)," ungkap Sugiyanto.

Sugiyanto sejatinya tidak bermaksud buruk dengan postingannya tersebut. Sugiyanto berujar hanya merasa iba dengan kejadian itu dan berharap ada pihak berkompeten yang sudi memberikan penjelasan.

"Namun supaya tidak bikin gaduh, makanya saya hapus postingan itu. Belum ada yang menjelaskan apakah itu sesuai SOP. Kami bingung dan hanya ingin tahu, biar masyarakat juga paham setelah dijelaskan," pungkas Sugiyanto.

 

Penjelasan RSUD Cepu

Direktur RSUD dr R Soeprapto Cepu, Fathkur Rokhim, menyampaikan, setelah kabar tersebut ramai diperbincangkan, pihaknya berupaya untuk menelusurinya. Menurut keterangan tim medis RSUD dr R Soeprapto Cepu, pada Kamis (5/11/2020) dinihari tercatat ada bayi laki-laki berusia tujuh hari meninggal dunia usai dilahirkan.

Bayi tersebut, kata Fathkur, tergolong Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),  suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Secara umum, bayi yang lahir cukup bulan memiliki berat badan antara 2.500 gram hingga 4.000 gram.

"Berat bayi itu kurang dari satu kilogram dan sangat berisiko. Si Ibu persalinan di sini hingga bayi tersebut lahir dan dirawat tujuh hari. Namun tidak tertolong. Kalau tidak salah warga Randublatung atau Menden," kata Fathkur.

Petugas sudah tawarkan jasa ambulans, tapi...

Menurut Fathkur, pihak RSUD dr R Soeprapto Cepu sudah melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan yang berlaku. Saat itu, kata Fathkur, begitu bayi tersebut dinyatakan meninggal dunia, petugas sudah menawarkan jasa supaya jasadnya diangkut menumpang ambulans.

"Namun keluarganya menolak menggunakan ambulans. Katanya mau dibawa pulang sendiri. Awalnya kami kira mau dibawa juga menggunakan mobil, namun ternyata menggunakan motor. Kalau kami tahu itu, pasti kami larang," terang Fathkur.

Fathkur berharap kejadian serupa tidak terulang kembali, karena sesuai prosedur semua jenazah harus dibawa ambulans atau dengan insiatif lain menumpang kendaraan roda empat.

"Jangan sampai hal ini terulang lagi. Kami juga heran, apa karena tidak sanggup membayar ambulans atau karena tidak ingin ribet. Mungkin saja ingin praktis sehingga digendong dengan naik motor, namun kan tidak begitu etikanya," pungkas Fathkur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com