Made Rendra Wisnu, pendiri komunitas Bali Channa Lover (BCL) misalnya, mulai menyukai ikan ini sejak 2018.
Ia menyukai gabus karena tidak terlalu sulit memeliharanya. Ikan gabus ini cukup diberi makan sekali sepekan dengan udang beku hingga jangkrik.
"Dia tak bernapas pakai insang, tapi labirin, mati listrik ndak pusing. Ikan ini bisa tanpa makan dua bulanan. Ditinggal luar kota aman, yang penting ditutup agar tak lompat," katanya di sela-sela pameran ikan gabus di Bronz Cafe, Denpasar, Bali, Sabtu (7/11/2020).
Untuk harganya bervariasi, mulai dari Rp 500.000 hingga puluhan juta, tergantung corak dan ukuran.
Wisnu pernah membeli ikan gabus dari India seharga Rp 35 juta. Gabus yang dia beli memiliki sirip seperti kipas, serta berasal dari luar negeri.
Baca juga: Dulu Berakhir di Meja Makan, Kini Gabus Jadi Ikan Hias Seharga Rp 35 Juta
Empat orang yang berasal dari satu keluarga diamankan polisi karena merusak bangunan sekolah dasar (SD) Taruna Islam di Jalan Cemara Indah, Kelurahan Tangkerang Timur, Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru.
"Keempat tersangka ini masih satu keluarga. Mereka secara bersama-sama merobohkan bangunan tembok SD Taruna Islam," kata Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol Nandang Mu'min Wijaya kepada wartawan saat konferensi pers di Mapolresta Pekanbaru, Jumat (6/11/2020),
Para tersangka ini merobohkan sebagian tembok sekolah dengan menggunakan palu, Sabtu (31/10/2020). Mereka juga menganiaya penjaga sekolah yang melarang tersangka merobohkan tembok.
Mereka merobohkan tembok sekolah karena mengklaim tembok tersebut berdiri di atas tanah milik keluarganya.
Baca juga: Satu Keluarga Ditangkap karena Robohkan Tembok Sekolah
Teguh menjelaskan, berdasarkan kaca mata komunikasi politik, kedua pasangan calon menyampaikan ide dan gagasan dengan karakter yang berbeda.
Pasangan nomor urut 1, Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakoso dinilai menyampaikan ide khas dengan gaya milenial.
Sementara pasangan nomor urut 2, Bagyo Wahono-FX Suparjo menyampaikan program mereka dengan cara konvensional.
"Paslon satu mewakili dari generasi milenial, dengan pengalaman-pengalaman di sektor bisnis. Sedangkan paslon dua adalah orang lama yang berkomunikasi dengan cara-cara konvensional," jelas Teguh kepada Kompas.com, Sabtu (7/11/2020).
Teguh juga menyoroti penguasaan materi kedua paslon. Menurutnya, mereka masih belum spesifik kepada masalah riil yang dihadapi masyarakat Kota Solo.
Baca juga: Pengamat: Debat Pilkada Solo bagai Bumi dan Langit