Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Fenomena Awan Melingkar di 3 Gunung, Bikin Resah Warga dan Bahaya Bagi Penerbangan

Kompas.com - 06/11/2020, 05:45 WIB
Pythag Kurniati

Editor

 

Ternyata awan lenticularis

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah memberi penjelasan bahwa awan itu disebut lenticularis.

Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Semarang Iis W Harmoko mengatakan awan seperti terperangkap karena hanya diam tak bergerak.

"Pada umumnya awan lenticularis merupakan awan atau kelompok awan yang berbentuk seperti piring atau lensa yang terperangkap dalam lapisan atmosfer bawah. Disebut terperangkap karena awan lenticularis umumnya tampak diam pada tempat terbentuknya," jelas Harmoko saat dihubungi, Kamis.

Awan muncul karena angin yang mengalir sejajar permukaan bumi mendapat hambatan dari objek seperti pegunungan.

Baca juga: Kata BMKG soal Awan Melingkar di Puncak Gunung Lawu, Merbabu, dan Merapi

Ilustrasi pesawat, penerbanganrebelcircus.com Ilustrasi pesawat, penerbangan
Turbulensi bahayakan penerbangan

Kemunculan awan lenticularis juga memberi isyarat agar pesawat menjauhi titik tersebut karena membahayakan penerbangan.

"Gelombang gunung ini akan dapat menyebabkan terbentuknya turbulensi yang berbahaya bagi penerbangan," katanya.

Angin yang terhambat gunung kemudian naik dan membawa uap air.

Uap air yang stabil yang mencapai suhu titik embun akam terkondensasi dan membentuk awan lenticularis.

Saat angin melewati gunung, maka proses kondensasi terhenti.

"Inilah mengapa awan lenticularis terlihat diam karena awan mulai terbentuk dari sisi arah datangnya angin (windward side) di puncak gunung kemudian menghilang di sisi turunnya angin (leeward side)," sebut dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Semarang, Riska Farasonalia, Sukoco | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief, David Oliver Purba)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com